Janda Tapi Perawan
para gadis-gadis desa pada umumnya. Namun, wajah dan bentuk tubuhnya seakan membuat kulit kusam itu hilang diterpa kilatan mata para
a orang kampung. Mereka biasanya bersiul genit serta dibumbui dengan ucapan yang menggandung godaan. Lak
bagian bawah agak tebal dan membetuk sebuah cekung di tengahnya, mirip dengan belahan. Dan yang paling membuat dia semakin menarik adalah, lesung pipit yang terlihat jelas di kedua pipinya
desa tersebut. Bahkan tak sedikit dari mereka yang dengan jelas-jelas melabrak ibu Hamum agar anaknya
etangga di sekitarnya, Harun dan Marni selaku orang tua dari Hanum
dak mau harus menikahkan anak sulungnya itu dengan Sujono. Karena mengingat, utang yang mereka miliki kepada juragan s
etangga yang sering menganggap Hanum sebagai gadis penggoda suami merek
menilai sikap baik kita sendiri, meskipun kita sudah merasa menjadi orang baik. Tap
mulut tetangga, yang sering membuat istrinya itu menangis karena sakit hati terkena korban perasaan, dengan
ya yang baru lulus Madrasah Aliyah itu menjadi sasarannya. Ingin sekali Marni melabrak dan membungkam mulut tetangga-tetan
nita hebat itu lebih mengandalkan mulut daripada megendalikan hatinya. Ya, meskipun Marni hanya mengomel
kepada Hanum. Tapi, masih ada beberapa orang yang merasa kasihan dan tulus serta m
berkuasa dengan uang yang ia miliki. Tidak ada perempuan yang betah ada di sampingnya karena setiap me
untuk jadi istri dari juragan tersebut. Namun, Hanum dididik dengan agama yang kuat membuatnya tak berd
uragan sapi. Apalagi, Sujono dengan sangat meyakinkan mengatakan di depan
susah tidak mampu dwngan utang yang terus ditagih oleh Sujono sebagai senjata. Di sisi lain, sang istri su
mongan, dan bebas dari tuduhan ibu-ibu yang menilai secara sepihak, serta menyimpulk
sudah bau tanah dan sebentar lagi menuju ajal. Sungguh, Marni sangat gatal untuk meluapkan semua
sesuatu yang menyangkut ketenangan keluarganya. Tapi, meskipun Marni punya jiwa yang suka emosian, tapi rasa kasih sayangnya kepada keluarga
Marni saling melengkapi. Dan karakter itu yang selama ini yang ditanamkan Hanum dalam dir
fat penyayang dan kuat ia dapatkan dari sang ibu yang tidak pernah menyerah dengan sulitnya kehidup
um. Sebuah desa kecil yang sangat jauh dari perkotaan. Bahkan, hanya un
karena merasa bangga akan dirinya yang mampu memperistr
rsi pelaminan karena sudah sah menjadi istri Sujono. Ju
tangan kanannya, dan secara berulang kali menciumi tangan tersebut dengan penuh bangga dan kemesuman.
t ini sudah menjadi menantunya. Mereka berdua pergi menjauh dan tidak berani mendekat karena tidak kuat melihat kesedi
perti halnya dirinya. Suaminya itu hanya diam, namun matanya tersirat sebuah rasa yang jauh
k!" (Pak, apa ini sudah benar? Aku tidak tega melihat A
at elek karo Hanum, mandar mugo Gusti Allah ngeke'i dalan seng liyo karo Hanum, supoyo urep seneng," ujar Harun. (Jangan berpikir yang aneh-aneh, Bu, apalagi sampai mengeluarkan kata-kata. Apa yang keluar dari mulut seorang oran
enatapnya dengan penuh tanda tanya. Bukannya bahagia, kok malah menangis. Mungkin itulah yang ada di pikiran sem