My Ghost
yang matanya langsung bengkak sehabis menangis. Jadi aku hanya perlu memastikan air mataku tak lagi mengalir dan wajahku
as menuju lift. Perjalanan beberapa menit terasa sangat
membeku saat merasakan hawa dingin aneh yang melingkupiku. Hawa dingin yang membuat merinding ini s
it di belakang, menunjukkan perbedaan status mereka. Keduanya mengenakan setelan jas hitam rapi. Tampak begitu
ang entah berasal dari lelaki yang mana. Aku sudah berniat berbalik saat tiba-tiba lelaki ya
E
ung yang menghentak menyakitkan dan napas terengah seolah baru saja berlari mar
daripada otakku. Kakiku melangkah tanpa diperintah, berlari ke
ngkahku semakin cepat hingga keluar gedung apartemen. Namun aku terlambat. Saat tiba
buru. Kali ini karena ben
begitu familiar karena menemani hari-hariku nyaris selama dua puluh empat jam sejak tiga minggu yang lalu. Itu memang dia. Si h
sebenarny
u. Aku tidak bisa membiarkan semua pertanyaan dalam kepalaku menump
erus berpikir, berusaha mencari kesamaan an
bagai teror mengerikan. Ini yang membedakan mereka dengan si hantu. Apakah lelaki yang di to
sok hantu dalam apartemenku. Padahal biasanya aku sangat ahli mengkhayal, merangkai sekeping puzzle
uju pintu apartemen. Tiba di dalam, aku terhenti dengan napas terengah, sedikit
tanyaku seraya menuj
gi? Apa ini berhubungan deng
napa kau ter
inya berdiri di belakangku dengan raut penu
lamu seperti gambaran kabur yang terus berubah sang
ngah. Lalu mendadak sebuah pertanyaan terlontar dari sela bibirku, sesuatu y
rtanyaan yang sangat lucu ta
n pertanyaanku tapi kemudian menggel
ak t
engan
a kau bisa ber
u sadar aku sudah ada di sini da
apa
pa
lama kau ter
n sampai akhirnya hatiku dipenuhi kemarahan. Lalu semuanya lebih mudah setelah aku menerima ko
pa-apa dan tidak pernah mengh
engan
pernah mengatakan siapa nam
i dia me
Ini semakin membingungkan. Kalau dia tidak ing
memiliki
mata hitamnya. Sepertinya dia sudah berhasil memb
mba
manusia yang
ma sekali tak terpikirkan olehku? Memang itu yang pa
nya," putusku kemudian lalu mengg
"Untuk apa mencarinya? Itu tidak akan menyelesaikan masal
gan tiba-tiba. Mataku berkilat marah saat m
kan seperti
ah muak dengan
ir
gan nada seperti itu! Seolah kau men
sikap pasrahnya pada kondisi ini. Padahal kupikir dia menyukaiku seperti aku menyukainya. Tapi kenapa dia tid
ngs
ir mataku yang kini sudah menggenang di pelup
yang kulakukan pada manusia-manusia sebelumnya. Tapi waktu itu jiwa egoisku muncul. Gambaran dalam kepalamu membuatku bertanya-tanya
ngsung memeluknya erat. Rasanya sesak sekali. Kehangatan ini bukannya nyaman, malah m
kami berada di dua dunia yang berbeda. Bahwa tidak pernah ada harapan bagi kami untuk bersama. Bahwa-aku terisak-usahaku untuk bertemu manaje
u
an memeluknya erat. Lalu tiba-tiba tubuhku terangkat dalam gendongannya. Dia m
hernya, membuat baju dan kulitnya basah oleh air mataku. Kulitnya tak lag
ma ka
takan itu, membuatku tak bisa menahan s
cantik,"
engan kepala masih bersandar di bahunya. Dia men
Tanpa kau mengatak
Syafira. Karena itu memang fakta. Oh ngomong-ngomong, matamu bukan hitam.
adahal menur
jelas di bawah
tidak pernah mengizinka
sangat
"Kenapa kau tidak menyukai cahaya ter
erti ini. Cahaya terang membuatku sadar betapa sendirian dan mengenaskannya keadaanku. La
ang-ah, sebenarnya sering-membuatku ses
EEE
ya dibuka saat malam tiba, kini terbuka lebar.
keadaan sekitar yang berubah terang sebagaimana siang hari. Astaga, rasanya
pandangan kami beradu. Senyum
katanya seraya menundukkan wajah lalu menyatukan bibir kam
----------
ya Emi