icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

My Ghost

Bab 2 Hidup Berdampingan

Jumlah Kata:2086    |    Dirilis Pada: 08/07/2022

mengingat di mana diriku berada. Lalu bayangan saat tubuhku terhempas ke ranjang dan pisau yang mel

nya tampak normal. Apa

us segera menuliskannya sebelum lupa. Mimpi itu akan menjadi kisah seru

rt

meja nakas, melainkan tergeletak di lantai dekat dinding. Aku tertegun sejenak, lalu buru-buru mengh

di sini seperti yang kuingat

n apapun kecuali cahaya matahari yang mengintip malu-malu di bali

rt

ku yang menanyakan keadaanku. Tentu dia khawatir karena ini pertama kalinya aku jauh darinya untuk wak

tidak bisa terlalu lama menelepon pagi-pagi karena ada dua adikku—Sony dan Sofyan—yang harus b

dalam keadaan menyala menayangkan berita pagi. Aku menoleh ke arah sofa panjang yang berhadapan dengan tv. Di sana tampak gul

i sana sambil memeluk guling dan menon

a agak konyol karena berbicara pada sofa. Dan

dari situ! Semalam kau nyaris mati,

aku bukan tertidur, melainkan pingsan. Suatu ke

yang membuat suasana agak gelap. Namun belum sempat aku m

u akan melemparm

ke arah sofa. “Kalau lampu

id

idaknya dia tidak menyerangku lagi. “K

ada ta

apur agar tidak tersandung d

AA

u bergegas ke sana dan mendapati lampu dapur di langit-

h tuan rumah y

kan pecahan lampu dan menyiapka

ikan sosok tak kasatmata yang mungkin masih berbaring sambil memeluk guling dan menonton film kartun te

idak ada kekerasan fisik seperti semalam. Semua normal. Kecuali ruangan yang tetap remang. Bahkan tv yang menyala serta guling dan bantal di atas sofa jug

dan membayangkan menyentuh tubuh seseorang. Tapi kemudian tanganku terasa ditepis ka

sudah pergi,”

sebelumnya, suara itu tampak tak berasal dari sosok yang mungkin ten

cuh. “Apa sekarang aku boleh m

id

volume tv tidak terlalu keras. Jadi aku akan te

kerja di kamar. Selam

Tak lupa pintu kututup untuk menghalau

lu berhenti di tirai jendela yang masih tertutup rapat. Di belakang tir

harusnya tidak mengganggu si h

ngan menjadi terang karena cahaya matahari berhasil masuk. Tapi itu hanya berta

eet

membuka tirai dan membiarkan cahaya masuk.” Aku meringis seraya berusaha bangun. “Seharusnya bilang saja,” gerutuku pelan.

sudah berbaring lagi di sofa. Atau memang tetap di sana dan hanya kekuatannya yang menutup tir

mbil laptop dan buku catatanku. Tak lama kemudian, a

*

ikit pun luka. Kecuali di hari pertama, aku mendapati memar sebesar kepalan tangan di

gganggunya. Sebagian besar waktu kuhabiskan dalam kamar sementara dia di depan tv. Tapi terkadang saat otakku terasa buntu namun m

, bu

ihat, tampak jelas aku sendirian di ruangan itu. Oran

i si hantu. Seperti mengganti channel tv, membuka tirai, atau menyalakan lampu. Setelahnya pasti si hantu membuat suara keras yang menga

kannya. Setelah sarapan semangkuk sereal—yang menjadi menu sarapan favoritku akhir-

engabaikannya. Tiga halaman lagi dan cerita ini selesai. Aku berharap bisa segera

AA

tag

u menangkup dâda yang berdebar keras hingga terasa menyakitkan. Udara dingin yang tidak mengenakkan menyerbu mas

a serangan jantung,” keluhku sa

ak

tahu harus mengarahkan penglih

melihat manusia

rsenyum begitu paham. “Maksudmu aku? Kau menyuruhku makan?” Aku me

iiu

an, barulah aku sadar bahwa aku memang lapar. Yah seharian ini, hanya sereal yang merupakan b

i? Ya, si hantu tidak melarangku membuka tirai jika langit sudah benar-benar gelap. Tapi aku tetap tidak boleh menyalakan la

karang masih ada beberapa paragraf yang harus kutulis.” Lalu aku kembali menunduk

mbuatku terbelalak kaget. “Hei, kau boleh menghancurkan barang-barang di

ak

angin itu terdengar lebih t

turun dari ranjang. Untung aku sudah mensetting laptop

unya telur mentah dan sayuran tapi berpikir tidak cukup waktu untu

kau sudah

um. “Tidak ada waktu untuk memasak. Aku harus segera menyelesaikan novelku sebelum idenya melayang.” Lalu aku kembali mengali

Namun bukan itu yang membuatku ternganga dan kelihangan kata-kata. Aku melihatnya, si hantu, berwujud. Hanya ber

ku

sa melihatnya setelah dua minggu

lebih solid lagi? Men

Senyumku merekah, tak bisa memalingkan wajah dari sosok hi

a itu tak lagi terdengar dibawa angin.

ngat tampan,”

takmu,” terdenga

n pinggul di meja pantri, memperhatikan sosok itu

ku tidak bis

t tidak mengerti

u itu. Sesuatu yang paling dia takuti hingga aku bisa berwujud menyerupai itu. Tapi kau—” nadanya b

waku pecah. “Ternyata

raya membuka kulkas lalu mengeluarkan

asak?” tan

ini. Aku akan mencoba membuat sesuatu. Berharaplah a

li. “Apa makanannya bisa berubah menjadi belatung dan

NTA

u berjalan mendekatiku. Udara mendadak berubah dingin yang men

agian kabut yang membentuk kepala meski tidak ada mata, hidung, mulut, dan bagian tubuh lain. Ha

merendahkan diri memasak untukmu. Tapi balasannya kau mengh

ini karena merasa bersalah. Yah, ucapanku

dak pernah mendengar hantu bisa masak.” Aku merem

enanggapi ucapanku. Akhirnya dia berbalik kembali

ada yang

kar

i. Segera berbalik ke kamar dan kembali menyalakan laptop. Butuh waktu lama samp

------

a Em

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka