Business Married
a ada yang dari luar negeri. Mengabadikan pernikahan Aileen Giantara dan Zehandika. Tak banyak yang menduga, pada akhirnya, Ailee
rtema serba putih itu. Pesta diakhiri dengan jamuan makan untuk kalangan terhormat, kolega dan pejabat tinggi negeri. Nampaknya sepe
atu hari. Aileen begitu memukau dengan gaunnya, pun senyumnya yang tak pernah hilang dari wajahnya. Senyu
agai pengantin terbahagia. Tak ada yang mengetahui
m beberapa gelas wine bersama Arizo dan koleganya. Ia terhuyung masuk ke dalam kamar y
tak punya pilihan lain, tak mungkin ia memesan kamar lain, sementara ia baru menika
atas tempat tidur. Ia tak langsung melihat dimana Ailee
ta Zen. Ia terhuyung berjalan
Zen memegang kepalanya yang berden
bersihin ini," ujar Zen lagi sambil mencengkram beberapa kelopa
dekat ke Zen, aroma lain tercium oleh
ahan sebatas hitam diatas putih, ini nyata untukku dan aku
dihapus, berganti dengan yang lebih natural. Zen memperhatikan penampilan Aileen yang memakai ling
entuhnya. Aileen menatap Zen, dan Zen tak bisa menolak panda
nap
ke gue hanya karena status pernikahan kita. In
an bangkit lagi. Menatap Zen serius,
, "Aku sendiri bahkan tidak tahu bagaimana memanggilmu dengan panggilan ya
Zen masih belum bisa melihat Aileen sebagai wanita yang ia nikahi. Dalam pikirannya saat ini sebenarnya ia ingin men
antas," kata Zen sambil berdiri perlahan, ia melihat mata
ak
akatan, kita akan menjalankan peran kita masing-mas
luarkan karena butiran airmatanya turun duluan. Zehan tersenyum dan berjalan m
ileen duduk di tempat tidur menunggunya. Aileen
g air mineral ke dalam gelas tinggi. Aileen bangki
, sepertinya ia tak menyadari, Zen men
ut membawa mama. Meski mama bersikeras menolak, tapi kondisi mama tiba-tiba drop pagi it
dia baik-
s pelan, "Ya. Dia
ung beringsut berj
ahnya. Zen berhenti, Aileen
ergi?" Tanya
n aku dah bilang, ak
terdengar seperti menahan geta
leen kembali menahan dengan menarik tangan Zen. Ter
ikut? Aku ingin menjenguk
p Aileen tajam. Zen bisa meliha
in gue!" Zen berkata tegas. Aileen terlihat mena
aku istrimu
tu dengan mama," ujar Zen menahan diri untuk tidak memekik. Aileen
a mendengar suara isakan tangis. Zen melihat
n pergi meninggalkan Naira d
ia masih sadar memeluk kehadiran putranya, tapi sehari kemudian tiba-tiba kondisinya menurun drastis. Beruntung ia segera mendap
nya. Keduanya seolah telah memiliki ikatan kuat, hingga salah
elupuk matanya yang basah dan sembab. Zen menyadari luka yang ditorehkannya sangat dalam di h
n merasa berat atas ketidaksanggupannya menolak perintah
lihat Zen terkejut. Zen melihat matanya
akan jagain mama." Zen menunjuk sofa diujung ruan
saya sudah c
dih, ia terus menunduk dan merasa canggung. Naira menghela nafa
gan wajah lebih segar. Naira duduk di s
," kata Naira dengan suara lembu
u nggak bo
ertama mas dengan Aileen, sehar
ia melihat Aileen yang masih menund
tu, seolah kamu tidak m
erakannya, ia tak bergeming. Zen menghela nafas pe
i di malam pertamanya." Naira berkata masih dengan menunduk, sua
u sadar apa yang kamu katakan?" Ujar Zehan, yang entah mengapa terpancing emosi. Na
hanya tidak mau, mas Zehan melakukan hal yang sama dengan yang ma
ulikan hal itu, aku
unjukan kondisi vital mama terdengar lebih cepat. Zehan m
tkan ia masih ada di dekatnya. Ajaibnya, kondisi mama kembali stabil dan normal. Naira
emani mama, menghibur dukanya dan merawatnya tanpa pamrih. Naira juga memiliki perasaan yang lembut pada
angsung menengadah melihat Ze
, m
etika melihat sorot teduh dimata Naira. Zen menghe
erjalan menuju pintu, namun ia merasakan Naira tak mengikuti
ta Naira pelan. Zen mendengus, ia mer
t jagain mama gue dulu, gue ada perlu sam
terkejut. Zen menatap Naira yang kebi
setelah mengak
mau ajak sa
n, "Kewajibanmu sebagai istri
pi.
k suamimu ketika
aksudn
*