Business Married
ak menyadari sore menjelang. Ia terbangun di samping m
um aroma sedap malam, dan melati membaur di udara. Zen memeriksa handphonenya dan banyak sekali panggilan masuk yang terlewat dari Arizo,
ah terikat di belakang, menatapnya malu. Zen memandang pesona Naira yang terpancar alami. Naira mematuhi permintaan
yang masih asri. Zen duduk di kursi
ama?" Tanya Zen. Nai
, dan meminta saya me
Wajah Naira terlihat berseri dibawah sinar bulan.
kan Naira untuk duduk di sebelahnya. Naira melangkah kak
elum terbiasa di.
nya, "Aku kan suamimu, masa
telinga. Ia tak menyadari yang dilakukannya membuat desiran halu
. Seumur saya belum pernah dekat dengan la
ia masih gadis kecil dan diangkat anak oleh mama. Ia pemalu, pendiam dan lebih suka tinggal
t Evon. Meski samar dalam me
ernah bertemu pria
ng, tampaknya ia jujur.
rnah disentuh
tap Zen sejenak sebelum ia kembal
ankan disentuh. Jika melihat ada yan
engan Evon?
mun kemudian matanya membelak. Kecemasan terlihat dimata
berkelahi dengan anak-anak nakal yang menganggu saya. Saya hanya bertemu de
a apa adanya. Naira kini yang terlihat
tahu tent
berapa detik, "Dia orang
a dengan jemari lentiknya. Ia tampak terke
Mas Zehan m
rja untuk orang yang sama. Dia diper
mat
erti menjadikannya lebih tenang, melihat tatapannya yang teduh. Nair
luar begitu saja dalam pikirannya. Naira
a tidak paham
erasa gembira, ada debaran aneh di jantungmu, dan pe
inkan Naira saat ini. Segala dalam diri Naira, wajahnya ia ingin memegang pipi dan bibirnya yang merah merona. Rambutnya, ia ingi
merasakannya," kata Naira
a tersipu. Zen pun merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia begitu bingung mengatakan pada
erasakannya pa
leng pelan. "Tidak, saya tidak perna
nap
mas Zen, jadi mama ingin saya selalu menjaga diri,"
bilang
itu, jauh sebelum mas Zen benar-benar m
yang masih suci sampai saat ini, Zen belum merobek kesuciannya. Zen terpaksa
ukainya hanya demi Arizo dan harta warisannya. Jauh dalam hatinya, ia tak ingin kehilangan Naira, Z
takan. Tapi bisakah kamu
u dengan mengangguk. Zen sungguh mempersiapkan diri, dan piki
ceritakan detail masalahnya, tapi pada intinya, ada kemungkinan
ncerna kata-kata Zen. Tak ada kata terucap, namun wajah
Zen memang berniat
dengan bahasa sesederhana mungkin ke Naira, agar ia paham, bahwa bukan kehe
yang berusaha keras Naira semb
ra itu, tapi jika memang harus mas Zen lakukan
a. Jika mama tahu, ia menikahi seorang Giantara saja sudah akan menganggu
merasa lebih terkhianati, setidaknya jika memang ak
enikahi Naira. Di hari yang sama, ia meninggalkan Naira masih dalam keadaan suci, sampai detik ini. Naira mungkin tak begitu paham
Zen. Ia berharap takkan pernah terjadi pernikahan denga
yang turun. Ia tampak menelan ludah dan kepahitann
asih ingin mengatakan banyak hal pada Naira, namun ia berusaha memahami, mungkin N
u," kata Zen. Naira
memang boleh tidur di kamar saya. Tapi
dan membiarkan Naira pergi mendahuluinya. Hatinya terasa semakin berat, ada perasaan g
*