Terjerat Cinta Sang Mafia Obsesif Darah
tugas yang menumpuk. Gin kebetulan lewat disampingnya
emberikan tugas kepada karyawan lain yaitu Fudo, orang yang sangat teladan
as Fudo menundu
anpa melirik Minori, dan dia tam
i tertunduk lemas dan lega, tiba-tiba saja Sirvi menghampirinya. "Ap
yum cengir dan menaruh anak rambutnya ketelinga seolah salah tingkah. Minori mencoba me
. "Baiklah akan kurahasiakan!" bisik
oti isi kacang?" tawarnya kepada karyawan lain. Fudo maju mengam
engan tampilan Menor bernama Gina
ti kacang!" ungkapnya, lalu duduk dibangku tempat kerjanya, ia mengedipkan matanya ke Minori. "Tidak pe
irkan dari tadi hanya roti isi kacang," gum
, untungnya ia membawa payung, dan mulai berjalan kesisi jalan. Saat menunggu bus datang ia melihat mobil Gin di parkir disi
ata. "Aku naik bus saja, tapi kalau kau memaksa sih!" Minori hanya berala
"Hmm Sudah lama ya, kau ti
nya, kau juga sama!" bal
tika bertemu diluar kantor, karena Gin adala
masuk mau meminta tolong,"
ntaku mengantri membeli Miniatur pada waktu i
at orang tidak sengaja menabrak tubuhnya hingga terjatuh kekubah air yang berlumpur. Minori menemui Gin dengan wajah berlumur
n tawanya. "Baiklah, aku tidak akan bercanda lag
kuan, dia ingat adiknya Gin orang
langi dia ketempat perjudian! Yang artinya kau harus mengik
a pecandu judi, ia tidak mau punya masalah dengan orang seperti itu. Minori menatap Gin dengan ekspres
in mencegatnya dengan mengatakan. "Aku akan
engan uangmu!" timpalnya yang
t dari gajimu?" negosiasinya
k boleh menarik kata-katamu lagi!" ucap Minori semangat
idak tergoda dengan uangku
pintu mobil dengan mengklik tombol kunc
engarnya. "Bukannya kau akan memberiku t
icara seperti itu!"
pai persimpangan yang dekat restoran
dak, aku sibuk! tolong segera keluar!" pungka
asaan kesal, ia membanting pintu mobil. "Wajah saja tam
umam-man itu. "Apa kau sedang
na berani." Minori langsung m
an mulai mengendarai mobilnya. Ia juga menatap jauh Min
berharap bahwa lelaki yang ada dirumahnya telah pergi. "Sungguh hari yang melelahkan," keluhnya semba
juga kamar mandi. Namun tidak tampak batang hidung Keiji disa
rgi juga!" Minori berlari segera mengunci rapat-rapat pintunya. "Sekarang aku bisa tidur dengan
ea
tersebut berasal, yang ternyata ada dilemari. Deng
TES
san keringat. "Suasana seperti apa ini?" tanya batin-nya was-was. Nyalinya menjadi ciut seketika. Ia berhenti, tidak sanggup melangk
UA
n putih dan rambut acak-acakan, dibawah matanya hitam seperti arang. "H
UK
ori lemas ter
ia berjalan menghampiri Minori yang sedang tidak sadarkan diri, ia menowel-nowel pipi Minori mencoba membangunkannya, teta