Menikahi Suami Orang
ara dingin, Armando berjalan me
erdarah Meksiko asli. Sudahkah kamu melihat wajahnya? Bola matanya biru, hidungn
m miring. "Bidadari dari man
... Ar
." Armando bergidik ngeri membayangkannya. Tangannya mengambil sebotol parfum dan menyemprotkannya d
ang seperti itu. Mama kemarin sudah memberikan padamu
u? Aku langsung membuangny
ekali saja dengarkan Mama mu ini." C
Mama kalau Mama juga
, Mama akan dengerin perkataanmu. Seka
ma berhenti mencari gadis apalagi menjodoh-jodohkan ku. Ak
tu mendekat ke arah sang putra. "Sayang, Mama melakukan ini d
balikan semua yang hilang dalam diriku." Pria bertubuh jangkung itu menggeleng dengan ekspresi
ali cemas. "
. Aku mau
mana? Kamu be
ndo mengecup kening sang ibu ke
do, tu
menghilang da
tu." Claudia m
ba-tiba Mario data
u sudah tidak mau mendengarkan ibunya lagi. Aku yakin di
bilang sekali lagi, aku tidak mau ikut campur." Ta
kamu bersikap
n Armando, anak itu bisa ceria lagi? Bisa ba
. "Yah, setidaknya aku sudah b
rlalu mengurusi urusan putramu, biarkan dia melakukan
ra seperti itu!" Cla
sang istri. "Claudia, A
ku tahu semuanya!" Wajah wanita itu berubah sendu. Kedua tangannya meremas kaus yang suaminya kenakan. "A
a akan masa lalunya. Aku hanya ingin membuatnya mendapatkan keb
ak menyangka. "Apa kamu sungguh berpikir kalau kamu bisa m
terdiam
nya. Jadi, aku mohon padamu, jika kamu ingin membuat putramu bahagia, biarkan
kannya tanpa sepatah kata. Namun yang jelas, dari waj
endak menghentikan, tetapi s
kan napas gusar. Bukan hanya pekerjaan kantor yang membu
*
g mengerumuninya. Air mata pria itu luruh membasahi pipi, sementara telinganya hanya bisa merangsang bunyi alat
ar membuat hati Armando serupa rontokan debu yang tertiup angin. Kini tangan A
terdengar lirih. Mengelus lembut tangan sang
amu tidak datang." Terlihat jelas dari wajah pria itu kalau ia mencoba menahan rasa sedihnya.
tersenyu
ruk. Aku pulang dalam keadaan mabuk. Tapi, aku selalu memikirkanmu." Garis bibir pria itu sedikit tertarik. "Aku selalu berdoa pada Tuhan untuk kesembuhanmu, tapi entah
ini. Jiwamu pasti masih bersama ragamu dan kamu pasti bis
nita itu untuk menyentuh bibirnya, ke
mu selalu memuji ketampananku." Armando tersenyum bersemu tangis. Tangannya mengusap lembut kening wanita itu. "Kumohon bangunlah. Demi aku, a
a membuatnya jenuh. Justru dengan berbicara dengannya, beban di hatinya sedikit lenyap perlahan. Namun saat m
ketahui, Arabella. Bahwa, cintaku padamu masih sama. Aku masih mencintaimu dan menunggumu sampai kau bangun dari komamu dan kemudian memelukku."