Akulah Istri Gendutmu Dulu (Pembalasan Istri Gendut)
tri Gendu
at Bu Dita membuka pintu mobilnya dan menyuruhku masuk. Kini disinil
barangan. Mobilnya saja mewah begini, past
sungai itu? Apa beliau ini malaikat? Atau mungkin peri yang memang akan
h-aneh tak karuan seperti ini sih? Kuseka sis
tanya Bu Dian tiba-tiba ya
bku lirih dan
a berpikir jernih dong? Bener nggak apa yang baru saja akan kamu la
jawabku
Bu Dian. Tetapi, berada di sini di dekat Bu Dian kok rasanya ada sedikit ras
masalah itu ada solusinya, dan bunuh diri itu bukanlah sebuah solusi
apa yang dikatakan oleh Bu Dian itu ada benarnya ju
udah tak punya solusi untuk masalah saya in
amu malah menjauh dari sang Khalik. Ceritakanlah masalahmu pada orang terdekatmu, agar beban di dal
agi sejak desas-desus tentang perselingkuhan Mas Ferdi berhembus.
n berteman dengan saya. Apa lagi setelah badan saya bengkak seperti ini. Yang ada
ng lain, hingga mereka pun tak bisa mendekat. Tak ada dalam ilmu pertemanan memand
beliau sudah seperti ini baiknya padaku. Ah ... andai saja se
masalah yang telah terjadi padamu, agar hatimu menjadi lega, dan tak berpikir untuk mela
beliau jugalah kini aku sudah tak ingin bunuh diri lagi. Akhir
t. Jika saya tetap hidup pun, rasanya hanya akan menjadi olok-olokan orang lain saja. Apa lagi saat ini saya hanya se
ke arahku,"jangan pernah merasa sendiri lagi di dunia ini
au menganggapku sebagai anaknya. Ah ... tapi aku tentu saja harus hati-hati, bukankah saat ini banyak o
g baik, tak akan mencari keuntungan darimu, Nak." Seakan menger
kan baru bertemu? Orang-orang yang saya kenal saja tak pernah bersikap b
erbuat yang salah. Sudahlah berpikirlah yang positif saja, per
takan semuanya pada Bu Dian, rasanya kok jadi plong sih. Apa kar
lan pintas dong. Bayangkan saja jika tadi kamu jadi mati karena bunuh diri, pasti suamimu dan selingkuhannya
ian ini. Memang benar sih, malah Mas Ferdi dan seli
para tetangga dan karyawan pabrik tentang ukuran tubuh ini, Bu. Sakit sekali hati ini, apa lagi mereka semua selalu me
erubah karena bentuk tubuhku ini? Padahal saat dulu aku
aja tak akan pernah ada usainya. Tak usahlah mengurusi mereka, toh kamu tak pernah mere
ampah saja mereka memandangku. Karena itu lah ras
hidup, kini kenapa aku merasa down lagi. Rasanya meman
lebih baik istirahat dulu, sambil menangkan pikir
uah rumah besar yang persis sebuah istanah, le
istirahat sebentar, sembari memikirkan lagi