Senyum Itu Luka
r jalan raya. Hidupnya hancur. Ia melewati kembali jembatan yang pernah menjadi s
kat ke pagar pembatas. Melihat ke b
bisikan itu kembali terdengar. Kamila m
telinga. Benar. Kamila harus menjaga baik janin
ur aduk. Kamila pergi ke rumah Cika. Gadis itu menyambutny
rahat dulu. Kasian b
pun selain dirinya. Sebab, kedua or
ang penting istirahatkan pikir
lu rasanya, tetapi tak ada lag
gantar Kamila ke kamar tamu. Mendengarkan sebentar cerita
han, tapi kita bisa perbaiki kesalahan itu dengan selalu berusaha lebih baik. Aku ya
ku juga nggak mau ngelakuin dosa d
rbuat salah. Nggak ada y
ersikap bijak dan berkenan menampungnya sementara waktu. "Aku tinggal dulu, y
ersebut. Masih ada orang baik yang sedia membantu peremp
makasih, Ka,"
al yang menimpa perempuan malang itu akhir-akhir ini. Cika memang tidak membenarkan
*
ah mulai bekerja di toko roti. Tentu isu ini membuatnya dipecat dari pek
ila. Perempuan itu bekerja dari pagi sampai malam tanpa henti. Hanya saja, ada kabar buruk yang menim
Ia belajar cara membuat roti dengan cepat dan teliti.
r. Perempuan berhijab merah yang sudah memiliki dua anak it
ngerti. "
stirahat dulu. Hamil
kamar mandi. Akhir-akhir ini ia mengalami gejala kehamilan seperti mual, munt
manis hangat atau membawakan rujak bu
aaf, Mbak." Penyesalannya menggunu
pelan. Mereka pu
Kamila membaringkan badan di sebuah ruangan yang dikh
k rambut ke telinga kanan. Sesekali tangan kanannya mengusap perut sambi
. Kamila sadar. Ia tak mungkin menolak apa pun
udah lahir. Kita bisa main bersama." Elusan demi elusan terus
i ini tugasnya membantu pelayan di depan. Mela
kursi daerah dapur. Sejak siang, perutnya terasa kram.
pean, La?"
Mbak." Kam
lang lebih cepat aja. Biar
a ingin sekali istirahat. Terlalu banya
Y
Kamila berkata, "Makasih, Mbak. Ak
alam. Hati-ha
rjalan dua langkah. Ia merasaka
nghampiri Kamila.
i sungguh menyiksa. Beberapa detik kemudian sebuah aliran darah keluar dari
ta tolong. Akhirnya dua karyawan laki-laki datang dan m
saha membangunkan, tetapi nihil. Jarak rumah sakit dengan toko
at darurat. Diperiksa Dokter sece
Kepalanya masih terasa sakit. Ia memegangi pe
dar, La?" tan
itar. Ini bukan to
Cika melarang. "Jangan dulu ba
at Kamila tersent
a direndung kesedihan. "Jangan sedih, La. Mungk
lit mengartikan kalimat Ci
ta. "Maaf, La. Kamu ke
ulat sempurna. "Jangan berc
, La. Kamu
ua tangannya memberontak di atas ranjang rumah sakit.
da, kan? Dia masih berkembang?" Kam
kan perempuan itu untuk kedu
ilangan ini menyiratkan luka lagi. Janin itu pergi. Benar-benar p
dup!" Kamila histeris. Menerima kenyataan pahit te
ika terus menguatkan dengan
a aku hidup?" Kamila memukul kepala