Senyum Itu Luka
la. Membuat perempuan itu tersungkur ke
g dibaringkan suaminya sebelum Kam
anakmu, Mas!"
terus saja memukuli punggung Kamila
u bukan hanya menyakiti badannya
amilin Lo?" t
rsentak. Dari
ing. Saat ini lelaki itu dalam keadaan sadar. Ia memegang kedua pipi Kamil
Takut. Terlebih mata siluman sa
gue!" tekan P
Belum lagi jeritan sang Ibu yang men
dari ayahmu, Nak!" teriak Bu Lest
ika mendengar dari salah satu warga yang bekerja di puskesmas bahwa anaknya pings
u, Yah. Nggak bai
k usah sok nasihatin gue! Urus diri lo sendiri!" Dengan
apa yang hamilin l
. Ia semaki
kepala Kamila dibenturkan ke tembok. "Gue didik
n, Yah. Ampun!" Gadis itu mul
saan itu terus berlanjut, sa
r sekali meneruskan. Air matanya mengalir teriangat janji manis
mila kencang, hingga kepala gadis itu mendong
rencana lain untuk anak gadisnya ini harus menel
mau nyerahin kehormatan, seenggknya cari orang yang m
ir. Sulit memahami j
minyak. Sial!" Pak Angga semakin
n. Dengan nada terbata-bata menceritakan tenta
peduli di dalam perutnya ada seorang janin. Jika bisa, sekali
Ia berusaha memanggil Kamila. Dengan cepat Kami
ua tangan ibunya. Menangis
uara Bu Lesti
mila, Bu. Ma
, Nak. K
sambil menendang barang yang ada di sekitarn
ang Ibu. Berniat membawanya ke rumah sakit k
ngan,
n mengangkat badan ib
i penutup yang didengar telinga Kamila, la
"Ibu, bangun, Bu! Maaafin, Kamila, Bu! Ibu!" Tangannya menggoyang-go
wanita yang telah berjuang dan mempertaruhkan nyawa. "Ibu, jan
*
ila pun sudah tersebar. Warga meminta Kamila pergi dari tempat tinggalnya.
di depan rumah Kamila
perempuan
dia jadi contoh yang ng
ir Kamila
u, Bapak-bapak
a sabar, Pak RT. Dia udah mencoreng nama baik lingkungan ini.
k. Keluarga Kamila sedan
an batik itu ikut andil. "Dia bisa pengaruh buruk d
Tak lupa sebuah tas berisi pakaian Kamila dilemparnya keluar juga. "Lo
tapi nasibnya yang terus me
bangun. Ia kasihan. Sebab, sepengetahuannya.
ah sok belas kasihan.
er,
porin ke
ahulu ayahnya. Bagaimanapun ia adalah anak kandung Pak Angga. "Yah, Kamila pamit. Maaf, karena udah bik
e tanah. "Nggak sudi gue p
telinga mendengar kalimat menyakitkan ters
! Jangan pernah balik ke rum
ing," ujar Pak RT. Lelaki ber
, Yah. Kamila pamit
arah, sedangkan yang lainnya hanya me
i yang entah harus menuju ke mana. Tak ada tempat untuk dituju. Tidak ada rumah unt