Pesan mesra Di Ponsel Suamiku
kan di pinggir jalan saat aku mengingat sesuatu. Aku baru kepikiran, tak mungkin aku membuntuti kemana perginya M
rnama Indah. Kebetulan rumahnya tak jauh dari sini. Hanya membutuhkan wak
begitu sederhana tersebut. Saat baru saja aku mematikan mes
enentengnya sembari berjalan mende
kabarin dulu?" ucap Ind
ku ke sini ada sesuatu
ahinya sembari mena
pinjam sepeda m
ja, tidak masala
tin minum. Ibu dan Bapak ma
ng buru-buru. Ada sesuatu hal yang sanga
yang bisa aku bantu?" Rentetan p
Ndah. Soalnya aku masih menyelidiki. Takutnya
mah tang
gangguk
n dulu kuncinya. Duduk
apa yang Indah perintahkan. Bagaimana bisa ak
Indah sembari menyera
ah
an lagi? Katakanlah," uca
a. Takutnya nanti Mas Yog
, sudah meminjam motor, eh,
ambilka
ketnya, bergegas aku mengend
gan sampai aku gegabah dalam bertindak. Mungkin sahabatku i
tan roda duaku menuj
sebuah butik yang terbilang besar dan mewah. Tent
alau nama butik itu sama dengan nama
salah lagi," u
ru saja aku ingin melepaskan helm yang aku kenakan, tiba-tiba sebuah
erhatikan penampilanku melalui spion motor. Membe
Sengaja berpenampilan berbeda dari hari-hari b
berjalan menuju ke arah butik. Aku terus melangkah
ju pada sebuah manekin yang berbalut gaun berwa
rsebut, tiba-tiba ada seorang peremp
pegang!" ketus perempuan beramb
Bukan karena aku takut, aku hanya tak mau membuat keributan di d
utik. Aku memainkan ponselku dengan wajah yang masih tertutup masker de
t kuhapal siapa pemiliknya. Jantungku berdebar saat menolehkan
yang tadi sempat bersikap ketus itu padaku dari arah belakang. Semakin terkejutlah
las-jelas ada seorang pegawai butik yang menemani perempuan yan
apatkan perlakuan seperti itu, sang wanita
t mengabadikan peristiwa ber
umainkan di tanganku. Padahal tanpa sepengetahuan mereka,
Ada rasa cemburu, sakit hati yang menyeruak di dalam sini
antikannya djbandingkan denganku, tentu jauh lebih c
u mau pakai gaun ini di
e
i berhenti berdetak saat
t dalam benakku jika akan terjadi pernikahan di antara mereka. Aku hanya menduga dan
kai baju ini, pasti kamu
asanya ingin kucekik, kutendang, da
tap lalu melempar senyum. Tangan kiri Mas Yoga
ena ...
an kukeluarkan secara perlahan. Jangan sampai karena emosi, aku akan bert
i kuat-kuat. Aku akan mengabadikan momen mereka b
u, Mas ...," geram
ngitari gaun yang terpasa
uka yan
itu mengan
a nanti, aku harus lebih tampil ca
rga dirinya perempuan itu. Dia sudah tau kalau Mas Yoga adalah
nar kete
i suamiku. Soal wajah, biasa saja. Soal harta pun suamiku juga tidak terbila
ngan dia. Kamu dan Rena te
ah sosok lelaki yang Engkau
yangka kalau Mas Yoga b
up enak sedikit, kau su
ng dilakukan oleh suamiku beserta perempuan murahan itu. Mer
payet itu dari manekin. Setelahnya, aku bergegas keluar menu
alaman butik lalu berhenti di seberang jalan sem
alagi saat teringat perempuan itu mengatakan ingin memberi
ilihat dari perempuan itu oleh suamiku. Kalau soal kecantikan, ma
eh suamiku keluar dari halaman butik. Cepat kunyalakan me
ecepatan sedang. Sesuai dengan laju kendaraa
melaju dengan berbeda. Ada sesuatu yang salah. Cepa
ngan sedikit membungkuk melihat
ngan kedua telapak tanganku saat menda
saan yang begitu kesal. Berkali-k
adi lajunya kendaraan Mas Yoga, akan te
bersemangat untuk mengikuti ke mana perginya suamiku, akan
itu tak enak mengingat sepasang o
ya bisa menghembu
penjuru, melihat apakah ada
urlah
empatku, aku bisa melihat adanya tukan
tun roda du
lesai sudah. Bergegas kulajukan ken
mendapatkan bukti sebagai a
berbasa-basi, bergegas aku berpamitan untuk pulang. K
n masuk ke dalam rumah. Kuletakkan kembali tas ransel yang t
kit menghentak. Rasanya masih begitu kesal sekali s
ga pada akhirnya pandanganku berhenti pada se
arah sana. Entah kenapa aku akan menemukan sesuatu dar
iku. Kukeluarkan apapun dari dalam sana. Hingga pada a
kutemukan apapun di sana. Hanya ada sebuah
iba mataku menangkap sesuatu yang menyembul dari sudut
g kutemukan itu. Aku menatap benda yang ada di tanga