Ratu Tak Akan Jadi Babu
gkat bekerja. Aku menyiapkan sarapan untuk Mas Azka, membuatkannya kopi
gar bisa diminumnya saat di kantor, padahal ada kantin disana, tapi
i motor dan segera keluar rumah. Ku ikuti ia dari belakang, tak
ah,dan semoga Allah bukakan pint
asa aku akan mengerjakan pekerjaan rumah, tapi kali ini ada sedikit enggan saat akan mengerjakannya. Te
ain Ibu. Aku masih akan berbaik hati pada Mertuaku ini, anggaplah baktiku sebagai menantunya.
anya Ibu, seperti biasa Ibu akan mengambi
an Mas Azka posisinya udah paling bawah karena tertumpuk dengan cu
bu, kembali dengan ocehannya yang panjan
al, sambil mulai memasukkan p
kaian kami," tanya Kak Lastri, ia kembali membuat onar, padahal s
pa juga Ayra yang harus nyuci semua ini," jawabku kesal, ak
ih hati," ucap Ayu dengan lantang, kini ia maju mendekatiku, tapi ku
ka satu persatu. Sudah cukup rasanya aku selama ini mengalah pada mereka,
i nih! Nggak akan pernah tau diri dan terima kasih." Lagi-lagi kata-kata
uga ngajarin Ayra untuk melawan jika memang Ayra benar dan diperlakukan seenaknya," jawabku tenang
dengan sangat ramah, disusul oleh beberapa t
u tak kalah ramah, aku mengelilingi gerobak untuk melihat sa
ari selalu teriak, persis kaya ada toa masjid disana," ucap Bu Sandra menyindir
aja," jawabku halus sembari melempar t
u yang tak pernah berbelanja sayur, kini mereka keluar berbarengan hanya untuk menyebarkan fitnah tentang aku dan Mas Azka. Kembali aku beris
an candaan, seolah mengejek mereka. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Ingin ras
natap ke arahku, namun ada pula yang mengacuhkan mereka karena sebagian dari mereka lebih mengenalku dibandingkan keluarga Mas Azka. Aku adalah anggota Majelis Taklim d
ngat dekat dengan Bu Rama, dia sangat bijak dan sudah kuanggap seperti orang tuaku, kadang jika sudah menumpuk beban di dada, aku akan segera bercerita padan
yang gak tau,
sebaliknya. Cukup Allah aja yang maha tahu segalanya." Aku memotong kata-kata Ayu, kemudian menatap mereka dengan sang
f dan Ibu-ibu komplek lain yang masih sibuk bercerita. Kak Lastri dan Ayu masih sibuk m
ari Mang Usuf ke dalam kulkas, sangat tak berselera aku memasak bahkan menyentuhnya saja enggan. Tiba-tiba aku merasa kehilangan ke
gera kututup dan ku kunci pintu kamark
Aku segera bangun dan membuka pintu kamar. Terlihat tiga algojo yang siap memenggal kepalaku, dengan mata yang mem
songin jalan tau gak," sahutku pelan sembari terus mengucek kedua mataku, masih sangat terasa
ng?" Ibu mulai berteriak dengan kencangnya. Untung saja pintu rumah kami sedang tertutup rapat, jika tidak para tetangga kepo akan
Makanya Ayra gak masak buat makan siang," jawabku santai, se
h tetap harus masak dan beres-beres rumah
g kenapa?" tantangku seray
ga" ucap Ayu marah, lagi-lagi mereka mengusirku. Karena
ndah hari ini juga," ucapku enteng, terdengar Mas Azka yang mengiyak
a aku masuk ke kamar,menarik koper yang berada di
ucap Kak Lastri, mereka mengawasi aku yang sedang berkemas. Lucu rasa
erakah,"
segera menyelesaikan membereskan
tuk menunggu sampai dia pulang, namun aku sudah tak tahan berlama-lama berdiam diri di rumah ini. Aku menelpon taksi dan mengangkat tiga buah k
kata-kata Saya." Ibu mulai kembali menyumpahi aku dan Mas Azka, a
emua barang sudah Ayra kemasi dan langsung bawa, j
tang. Pak supir membantu membawakan koperku, aku berpamitan pada Ibu, Kak
berikan alamat ke Pak Supir. Kami pun perlahan meninggalkan rumah
mbaik di rumah dan lingkungan
lalu lalang mobil yang lumayan padat dengan pikiran