Cinta dunia akhirat
di seluruh penjuru ruang keluarga di rumah mewah bak istana ini. Suasana mendadak menjadi panas oleh ketegangan. Semua peng
ika membulatkan matanya kaget dengan apa yang mereka dengar barusan. Sedangkan lelaki muda Tamp
h berapa kali mama bilang bahwa yang membuat perusahaan papa bangkrut b
sama Seperti lelaki yang ia sebut
ali ia dengar dari istri tercintanya, Nyonya Resi. Suasana di ruangan besar ini te
am istri nya seolah sing
KAPANPUN PAPA TIDAK AKAN PERNAH MEMBUANG RASA BENCI PAPA PA
di depan waja
esi. Ia memberi ketengan pada perempuan yang sudah melahirkannya dan adik tersayang satu-satu nya yang posisi
ang ya. A
engingat dendam terdalam nya pada sahabatnya sejatinya dulu. Rasa nya sudah lama syarief tidak membahas dendam sialan ini pada keluarga mereka. Dan kini lelaki tua itu kembali membahas nya bahkan sudah menyusun rencana untuk menghancurkan sahabatnya itu Rizalian. Lebih parahnya lagi, rencana itu akan syarief lakukan pada putri tunggal dari pasangan Rizalian Gustaf Dan Ullya yaitu Shevania Gustav Gadis polos tak tau apa-apa. Sheva lah yang
endam ini tidak akan pernah ada guna nya pa! Sudah cukup papa meracuni
i telunjuk miliknya dengan tidak sopan nya. Wajah kaia menegang
L
memanas dan sudah dapat di pastikan bahwa kini pipinya telah berwarna merah, karena tuan syarief menampar nya dengan pe
LANCANG
tungkan tangannya ke udara berniat
ah kaia, ada tangan kekar yang sudah menahan t
APA UNTUK MENAMPAR ANAK SIAL
ang tadi sangat berbaik hati pa
EN SY
ni. Tetapi sesungguhnya di balik sikap diam nya Jino, ia menaruh rasa kasihan juga pada mama dan kakak satu-satunya itu. Jino memang terlihat cuek dan dingin pada siapapun termasuk pada keluarga nya sendiri. Tetapi Jino s
Jino juga benci dengan keluarga Gustaf. Jadi papa tenang aja J
seraya menatap papa nya
las senyuman anak laki-laki tangguhnya seraya menepuk bahu Jino pelan seolah tepukan itu ia berikan pada Jino agar Jino mengetahui bahwa ia sang
au menjalankan perintah papa. P
tubuh kekar milik Jino dan
sekaligus suami mereka dengan tidak percaya. Wajah kedua perempuan itu yang tak l
ef karena telah meracuni
pelukan dengan putra tunggal mereka itu seraya tersenyum sumringah. Tangan resi yang sudah mulai me