Langit Jingga

ey

h bawang merah dan bawang putih. Bawang merah dan ibunya yang culas menganiaya bawang putih setelah berhasil membunuh ibunya. Pada akhirnya, bawang putih menikahi seorang pangeran, dan hidup bahagia selamanya. Kubayangkan, bawang merah dan ibunya hidup dalam deng

rtemuan kami terjadi secara tak sengaja. Saat itu musim kemarau. Sumber air di kota mulai mengering. Orang-orang mulai mengandalkan sumur. Tanah keluarga kami, yang terkenal angker, memiliki sumur yang tak terpakai. Ayahku

lebih dulu menyapanya karena aku bisa mengingat kalau kami bersekolah di tempat yang sama meski berbeda kelas. Ia juga t

adilan, diperlakukan secara tidak layak oleh kerabatnya, dan dua sepupu perempuannya. Nyonya rumah tempatnya tinggal memaksa Jingga mengerjakan semua urusan rumah tangga. Tuan rumah tempatnya tinggal adalah lelaki tua bangka narsisis yang kadang-kadang horny, dan marah-marah jika Jingga tidak menuruti kemauan

ri sini. Aku tidak tahu bagaimana car

swa berprestasi. Dan, betapa terkejutnya aku ketika ia mendapat beasiswa setahun untuk belajar tari kontemporer. Aku juga mendapatkan beasiswa

di New York selama setahun, dan kami bisa sering bertemu. Hey, rasanya seperti mimpi mas

ribu namun disatukan lagi menggunakan plester. Retakannya begitu nampak. Ia tak berfungsi, kesedihan dan

*

ulan sebelum tanggal pe

inggal ti

rbangan, dan setelah otaknya jumpalitan mencoba memahami mengapa setelah berada di dalam pesawa

al 1 Juli. Tapi, kenapa mas

u dulu juga bingung. Makin dipiki

danya sekaleng

r. Tutup semua gordin agar tak

faat

etlagmu,

annya di atas meja sofa. Biasanya, orang-orang yang jetlag akan terbangun setelah tiga sampai empat jam tidur. Setelah terbangun, masih akan merasakan bingung karena

latin, remaja berusia sembilan belas, ditembak pemuda kulit putih yang lebih tua dua tahun dari si korban. Konon, si p

tidak pernah tahu siapa yang bisa men

p tiga dollar. Ia

an. Jika kau tak buas, kau akan dimangsa. Hanya ada dua jenis binatang di kota ini

lihat peristiwa penembakan itu? Jalanan selalu ramai. Barangkali ada ratusan orang yang melewati lokasi penembakan. Ribuan, atau puluhan ribu orang menontont

ang lebih masuk akal dibanding pilihan lainnya. Dulu, ketika aku pertama tiba di kota ini, aku hanya bisa

polos bayi. Aku berbalik hendak mengambil pena dan kertas untuk menulis pesan agar ia meny