icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Bukan Budak Cinta

Bab 2 Kangen

Jumlah Kata:1367    |    Dirilis Pada: 06/01/2022

Beruntung, kesucian ini belum sempat terenggut tetapi nyaris hilang karena nafsu telah

mengulanginya hingga hari H tiba," bisikn

seraya melepaskan pelukan dan membalik

n marah, ya

ti rasanya kesal setengah mati. Mood-

uraih dan menyelempangkannya di bahu. Lan

au pamitan, nih!" serun

nya muncul dari balik sek

? Gak nginep sini aja?" ujar

s sama Galih,

. Buat cemilan, Nak Laras!" Calon ibu mertuaku menyodorkan sa

, terima

halaman telah bersiap

iaknya dari luar membuatku bergegas berpamitan pada ibu. Ak

berlalu dari bibir pintu. Beliau m

ah jalan pulang. Namun, bukan jalan ya

ewat jalan ma

a menjitak kepalanya, jika tidak memaka

an lain?" cerocosku seraya menepuk bah

g kamu sampa

u dibawa ke ma

aja, Say

lantas berpegangan e

dilewati sekarang. Rupanya dia memilih jalan

ai, kan?" ujarnya

rpura-pura mengancam karena ia sering kal

di jalan depan masjid, kemudian bel

antai bersama, begitu aku tiba di rumah. Bersama Galih menghampi

ggal pernikahan kalian." Ayah dan Ibu bangkit dari duduknya, kemudian berjal

ngumpulkan biaya ya, Ras," lirih G

minta cepet-cepet!" balas

yang saling berpandangan, kemudian tanga

ah udah mencari hari yang baik untuk kalian men

banget?" tanyaku deng

angan bentar lagi. Pihak calon suaminya dah sepakat tahun in

umah, Nak Galih!" seru Ayah berpesan pad

bingung dan terkejut. Usai berpesan pada Galih

using,

aknya terl

raya menjambak ra

ermain dengan pikiranku sendiri, sedan

rjaan yang ada di Surabaya aja, Ras

noleh dan menanggap

untuk berangkat ke sana.

sisa gajiku juga udah

tus, aj

ang masih dalam pangkuan. Dua lembar uang ker

sampe tujuh hari. Awas, jangan kangen! Ini semua demi kamu,"

l, akhirnya tersenyum. Luluh d

annya bikin aku g

*

eradaan Galih di sisi. Waktu tidur, enggan memejamkan mata, bahkan makan pun hanya k

kangen begin

kamar. Aku mengacak-acak rambut sendiri.

ku hanya bergeming, tak mempedulikan suara Ibu. Namun, dengan langkah

nunduk dan menulis. Aku mencondongkan

teman-temanmu yang mau diundang juga. Biar sekalian pesan undangan di percetakan. Semu

a,

mar. Aku menuliskan nama teman-teman yang t

*

ar, menikmati udara sore yang lumayan menyejukkan, karena cuaca agak mendung

-laki yang tidak baik. Aku sedikit ragu untuk

nepis pengakuan yang diperoleh ibunya Anila dari men

enjadi resah. Aku lantas menganggap jika ini ujian orang

epan cermin seraya membayangkan acara pernikahan. Suara motor mirip yang d

ngkin! Dia, kan, pamit antara lim

i kamar, meraih sisir

teras!" panggil I

Masak,

ntuk menemuinya. Rupanya be

arku seraya tersenyum semringa

ngnya ... k

lau merindukannya. "Ayo masuk! Ngobro

bergelayut manja di bahunya ser

e mana, kok sepi?" tanyanya se

tempat saudara yang jauh. Mungkin ayah dan ibu pulangnya agak

na?" tanyanya lagi de

mpe rumah," balasku seraya menggeser letak duduk hingga tak berjarak dengannya.

dikit, malu diliat

an membiarkan setengah terbuka

, kok cuma sebent

kasih itu, udah habis untuk periksa Ibu

Ibu sa

i sekarang udah lumayan, kok.

enatap dengan tajam, aku tertegun. Perlahan wajahnya mulai

a kangen

e

a desiran halus menjal

udah kayak setahun aja

lenganku. Dia mengajakku pindah ke kamar. Seperti terhipno

kamar seraya berkali-kali mengecup leher belakang.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka