icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Rumit

Bab 3 Jadi Teman

Jumlah Kata:1184    |    Dirilis Pada: 12/12/2021

n kesal. Hingga mobil akhirnya berhenti di garasi rumah. Aku keluar lal

ka-suka pemiliknya dong. Terserah mau kuapakan mobil in

ku. Dengan sengaja aku menginjak kakinya yang hanya m

Papa berdiri di teras. Matanya memerah melihat ke

ba-tiba menyergapku. Kenapa Papa marah? Apa karena aku menginjak kaki Tio? Tidak m

dengan isyarat mata. Mama hanya mengangkat bahu, tidak tahu. Papa dan Tio berjalan bersisian. Mereka melangkah ke arah aku dan m

duduk di sofa yang sama dengan Tio. "Dia bisa jalan-jalan selama kamu belajar. Ken

ertanyaan Papa. Percuma saja aku cerita tentang alasan mel

dan menatap kesal pada Tio. "Besok Papa tidak mau hal ini terulang. Ing

adaku demi laki-laki bermuka dua ini. Baru kali ini Papa berkata kasar padaku

pun dia mau. Enggak perlu repot-repot ngantar aku. Masih banyak bus yang

belum seles

apa bicara kasar padaku. Selama ini Papa selalu bersikap lembut. Kesalahanku tida

empuan lain, artinya Papa selingkuh. Bagaimana cara selingkuhnya? Jarak umurku dengan Tio mungkin hanya beberapa tahun. Aku belum tahu pasti berapa usianya. K

h. Saya yang salah ka

t Tio. Apa dia akan mengakui sikap kurang ajarny

a dia Tio. Kamu bu

bih baik masuk ke kamar dan tidur. Tidak ada gunanya menangisi nasib. Kukunci pintu kamar, lalu menghempaskan tubuh di atas tempat ti

n karena mendengar suara panggilan Mama. Aku tahu Mama tidak ikut berkata kasar, tapi tetap saja tidak kujawab panggilannya. Kalau

an, pintu kembali digedor. Kali ini suara Papa yang terdengar memanggilku. Aku terse

nta maaf, Anak jelek. Jangan su

erdiri di depan. Tangan kanannya memegang piring berisi n

il alih bawaan papa. "Biar saya s

pesek. Bibirku kembali cemberut. Papa mencubit pipiku kemudian beranjak pe

ampingnya. Dia memintaku duduk melantai. Dengan w

lantai begini, kan? Coba, deh. Makan den

amku padanya membuat dia berhenti mengoc

Papa segala. Kayak anak kecil," ujarku gera

n siang bareng. Masa aku harus pergi denga

ia munafik? Kenapa sulit baginya berbohong pada Papa.

adamu. Maafin aku, ya! Aku janji tidak akan mengulang l

aya!" banta

maaf. Kamu bisa memberiku hukuman sesuka

Seru juga kalau bermain-main. Dia sudah bersedia di

ruhku?" tanyaku ragu. "Nggak

hak. "Aku tidak mengadu

ang jujur? Kalau gitu, jujurlah! Apa kamu sudah bia

kedua tangan. Helaan napasnya terdengar be

mbil mengarahkan sendok yang sudah

ab d

aku. Entah kenapa tiba-tiba muncul keinginan untuk

ba mencari kebenaran di sana. Kenapa matanya b

gulang lagi," kataku mengakhiri perseterua

itu, Nyon

cik. "Tugas pert

ang hati, N

ya, boleh berbicara asalkan mengenai pujian terhadap makanan. Juga, memuji

ya!" Dia mengangguk, lalu berdiri. Ak

uk a

kamu. Okey?" Aku masih memandang waj

ut uluran tanganku. Senyu

mesra. Bol

a terbahak dan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka