Pawang Hati
Dua ... Sa
marak tepuk tangan anak-anak sekelas dan juga sorakan kencang. Sesekali Shaina mengangkat ujung lengan seragam, l
SHAINA!
AJA, NA
KASIH
i kegiatan ini, tapi hampir setiap hari Shaina menantang teman-temannya. Dan, senjata yang membuat Shaina selalu menang yaitu lewat tatapan ma
aina memiliki manic mata yang indah seperti batu eme
r
aah
ga barulah dia sadar telah dikalahkan. Bukan Shaina yang heboh tapi teman-teman lain, mereka saling mengkoor dan terbaha
ar Shaina dengan napas terengah-engah, lima kali panco
menyimpan ponsel di saku celana. Menempati tempat d
tantang Sha
nyemangati Shaina dan lawannya kini. Bahkan, beberapa murid lain mulai melipir dan melihat dengan penasaran di luar kelas itu, tak sedikit
mbuktikan bahwa derajat perempuan dan laki-laki itu sama. Sehingga, pe
eman
asukkan ke dalam saku jaket bomber. Wajahnya dingin tanpa ekspresi, Shaka menjadi fokus perhatian cewek-cewek biang gossip yang bertebaran di pinggir setiap koridor yang ia lewa
pukan kerasnya di pundak Shaka. Seketika menginterupsi aktivitas itu
ewek, rame gitu di luar pada ngeliatin. Siapa dia? C
Shaina punya ilmu apa Shaka tidak ingin tau-menau, yang pasti Shaka malas sekali jika disuruh membaur
koridor itu. Hingga menembus kerumunan murid-murid dan masuk ke dalam. Suasana berisik akan bermacam teri
tertera pada name tag seragam itu, sebagaimana murid-
usai meneguk air minumnya. "Heb
i," usulan Jafar mengundang pelototan Shaka tapi tida
uduk di bangkunya. Lambat laun murid-murid yang mengerubungi kelasnya
ka bakal traktir lo makan siang. Tapi
tapan horor di mata Jafar. Pasalnya, keponakannya itu
a dalam hal apapun, termasuk soal cewek. Jafar paling sering membuat akal-akalan untuk mencomblangkan Shaka dengan cewek
pacaran. Mungkin hanya itu yang tida
g?" Shaina menatap ber
haka yang menang
dan Shaina m
engurangi populasi jomblo di muka bumi ini, hehehe." Jafar tertawa garing, semakin dihujani pelototan tajam oleh Shaka, se
mau," put
." Pinta Ja
nggak, ya
Akibatnya, Shaka langsung memandangnya seakan menusuk-nusuk, disertai muka
," kata Shaka nya
a adu panco doang. Huu, dasar jiper!" Shaina tertawa seakan meremehkan. Karena memang h
ke
yodorkan tangan kanannya dengan siku bertumpu di atas meja itu. Aneh, Shaina bagaikan diperdaya oleh tatapan Shaka yang
etika berkoar-koar kala itu, hingga mengundang murid-murid lain berhambur mendekat dan mengerubungi bersama bangku Shaina
k napas dalam s
Seru Jafar
sengit saling menekan dan menjatuhkan satu sama lain perlahan-lahan. Shaina sampai menggigit bibir rap
SHAKA!
! JANGA
tatapan teduh dan senyum paling manis yang ia punya, maka sekarang keadaan jungkir balik. Dengan mata elangnya, Shaka mengintimidasi
ma pertahanan otot lengannya mulai melemas seakan ingin putus. Sementara Shaka terus menekan tanga
eskipun dari awal Shaka juga sudah menebak. Secara logika, dimana-mana kekuatan cowok akan lebih
penuh arti terbit di bibir Shaka, melihat Shaina begitu mati-matian mempertahankan
r
asuk dikumandangkan dengan nyaringnya. Masih tidak percaya, Shaina terperangah memperhatikan tangan ke
GEBETAN!" Jafar tertawa terbaha
di, taruhan itu sungguh-sungguh? Shaka harus melancarkan PDKT dengan Shaina? Konyol sekali. Mungkin karena sudah terlalu
belakang-tempat duduk Shaka. "Mestinya tadi lo tuh kalah aja. Bukan mal
ris