Luka Seorang Istri
emani?"
kalau kamu e
tahu apa Mas soal itu
malah tertawa, dia terus tertawa sampai aku yang melihatnya merasa ketakutan sendiri. Dan kau tahu apa
baik-baik
begitu saja, sontak membuat jan
inangan air matanya, tangannya langsung melingkar di lenganku, menariku keluar ka
ja yang minta maaf." Perlahan Di
kan menatap sembarang ke arah benda yang berada di depan. Selama beberapa detik dia akan diam, lalu
nikah denganmu, aku suda
at sedang sendirian. Ketakutan luar biasa saat merasa orang tersayang akan pergi jauh. Tidak peduli raga atau jiwanya, bagiku jika keduanya tak saling menyatu percuma saja jika terus ada d
manusia yang dipasangkan sebuah alat. Dipaksa mengangguk meski aku ingin menolak. Bahkan seringnya dipaksa menola
ja ya." Sesak kian membelenggu, entah siapa yang benar d
Kali ini dengan ekspresi yang sama wajah d
karena tak langsung diangkat. Ada yang aneh, tapi ini nyata terjadi, setiap kali Dilra sedang terpuruk, tangis Dion selalu saja jadi penawarnya, dia selalu berhasil me
mana, Ini
enangis, tetapi malah mau pergi. Tuhan beginikah hidup dengan tiga wanita da
cegah Ibu." Kali ini nada bicara Dilra s
rakan juga sama Ibu. " Dilra sepertinya mengerti, dia
lra enggak ada maksud
kampung, enggak apa-apa Ibu buka warung saja
, tinggal di sini
aaf udah bikin ibu tersinggung,
akin terisak. Dilra tak menyerah dia lantas mendekap Ibu, dius
a. Ini rumah Mas Galang, rumah buat Ibu." Sekali lagi Ibu tak menjawab, hanya menunduk saja. Begitu pun dengan Mia yang mal
mendudukkan Ibuku di sofa setelahnya dia
oleh Bank keliling saat kami masih susah dulu, dan yang terjadi setelahnya tangisan Ibu berubah. Itu alasan kenapa aku tak suka Dilra meminjam uang. Aku pernah pengalaman buruk dengannya. Aku berpikir ibu baik-baik saja, jadi kuputusk
ja ibu sungkan, dia tak lantas meminum teh itu. Watak ibu keras, tak mau mengalah, me
, maksudku hanya ingin membuatnya
olak untuk minum. Mataku tentu saja refleks melihat ke arah sana, Dilra tampak menghentikan langkahnya sebentar, tangannya mencengker
g dengan apa yang terjadi, setahuku dia baru da
s sekali menjelaskannya, pi
amar, Dilra sepertinya tengah
erhenti. Dia sempat melirik sekilas tapi setelah itu meneruskan menelan pil dan minum banyak air h
uncang pundaknya, tapi perempuan itu malah sena
arung, pusin
warung, coba
nya juga sudah di b
g kenapa, m
tak lantas bertanya lagi padaku. Meski aku terus memancingnya lagi dan lagi agar kami bisa terlibat dalam obrolan yang panjang. Dilra seak
? Sudah ngobro
gan raut wajah yang tak ikhlas. Seperti orang menahan kesal saja. Apa pil yang dia minum barusan mengandu