Asisten Terkekang Oleh Majikan
ak bisa ia hindari. Pagi itu, matahari masuk melalui jendela dapur, menciptakan bayangan panjang di lantai yang bersih. Namun, meskipun terang, r
ya, kata-katanya, dan semua hal yang belum sempat ia pahami sepenuhnya. Hari itu, seperti sebelumnya, Ni
as. Tidak ada suara salam, hanya kehadiran Niko yang menggema, menembus keheningan
tatapan penuh arti. "Kamu masih mencoba melawan, ya?" katany
a tidak tahu apa yang harus saya katakan l
sudah kita pilih, Dian," jawab Niko, langkahnya mantap mendekat. "Tidak ada yang bisa kemba
ini. Saya tidak bisa menjadi bagian dari permainan Anda. Anda sudah memiliki semuany
ap terfokus pada Dian. "Tapi itu tidak berarti aku tidak bisa ingin lebih. Kamu... kamu
us mengganggu pikirannya. "Saya tidak tahu lagi, Tuan. Semua ini m
tuk menatapnya. "Kamu tidak kehilangan kendali. Justru, kamu akan merasa lebih hidup dari sebelumnya. Aku akan memberimu
, ia merasa seperti ada tarikan yang tak terelakkan dalam diri Niko. Ada janji-janji yang terucap dalam kata-kat
erak, hampir tak terdengar. "Saya hanya ingin hidup saya kembali sep
ian. Ini sudah menjadi takdir kita. Kamu akan menerima aku, dan kita akan berjalan bersama. Kita akan melan
r dilema moral, melainkan sebuah permainan berbahaya yang tidak bisa ia kendalikan. Kebenaran yang ia coba
eskipun kata-katanya sudah mulai te
akan memilih untuk tetap bersamaku. Kamu akan merasakan bagaimana rasanya menj
menembusnya seperti pedang yang tajam. Satu-satunya hal yang ia tahu saat itu adalah perasaan terperangka
godaan Niko, semakin menghilang. Ia tak bisa lagi menoleh ke belakang. Setiap pilihan yang ia buat,
Dian tahu bahwa pilihan terakhirnya-pilihan ya