icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

A Whore Mate

Bab 4 Melayani 3 Malam.

Jumlah Kata:1842    |    Dirilis Pada: 28/09/2021

bibir Alana mengagetkan dua o

i di sebelahnya. Sudah tidak lagi menunggu di pinggir jalan. Sudah masuk melewati p

engus, meremas tangannya sendiri. "Kalau misal enggak boleh, nggak apa kok. Aku sama La

enatap dengan benar semua detail mereka. Hanya dari itu saja perempuan patuh baya ini ta

rnya. "Ini tadi kan Zeline janjian dari pagi. Eh ternyata baru dateng sore. Makany

rah ke Zeline. "Oh begitu ya tante. Eh iya kenalkan tante," balas Alana sambil menjulurkan

a Layla," ucap Alana sambil memperkenalkan diri. Meng

terukir jelas di bibir Layla saat

apa. Kalian ini dari daerah mana? Kayak dari luar kota ya? Mana mir

. Desa Rambugunung namanya, mau kuliah d

hnya. Mau bagaimanapun Bude Mey menyambut mereka berdu

engangguk-anggukan kepala. "Eh mari-ma

tubuh perempuan bertubuh gemuk itu dari belakang. Men

mematung di tempatnya. Menundukkan wajahnya, membiarkan tiga orang lainny

ang muka ke jalan raya, tangannya mengusap wajah, seperti tenhah menghapus air

api masih terawat semua kok. Listrik air dan semua fasilas lengkap. Kurangnya, r

kanan ringan di tangannya. Duduk dengan tenang di ruang tamu, b

panas. Tapi Bude, emm ... itu," ucap Alana ragu. Menye

ana. Sahabatnya satu itu memang sering menyusahkan. "Kalau

rategis. Dekat dengan kota, bahkan kalian juga cukup berjalan kaki kalau ingin k

rutama Layla dan Alana, yang kini berbinar-binar s

adi suami saya mengirim pesan, dan ya. Harga itu yan

uka Alana dan Layla bersamaan. Menjad

kan? Masa' dari lima juta tiba-tiba ja

rcanda soal nominal. Dan saya juga punya beberapa kenalan pemilik rum

ankah tadi sangat ramah kepada mereka? Tapi kenapa tiba-tiba jadi meng

l mereka dapatkan dalam satu tahun. Tidak mungkin ia paksakan juga. Wajah Bude Mey seriu

kut angkat suara. Membuat kaget tiga orang perempuan lainnya. Membuat mereka bertig

erdua tak usah bingung. Aku akan tanggung lima belas

nyum miring seakan tak ingin dikalahkan. Zeline tahu betul a

jadi tinggal di tempat ini. Angka dua puluh juta itu dengan mudah akan memukul mundur Alana

ya? Cek HP dulu deh mending. Kali aja harganya gan

n kehidupan di desa mengajari mereka untuk selalu hormat deng

aih tangan Zeline. Mereka berdua berjabat tangan. "Deal! Rumah ini dan semua barang di dalamnya saya sewa

ali mereka dengar. Akhirnya mereka tak harus kebingungan lagi ke mana harus menginap

sa aneh dengan Zeline. Siapa sebenarnya wanita ini? Siapa sebenarnya Z

ar adzan maghrib berkumandang. Layla dan Alana meminta

gambil motor dan koper milik Alana sekaligus

uk langit sisi barat. Sinar matahari berganti sinar lampu yang mulai menyala.

perempuan yang kini tinggal di rumahnya. Suara mobilnya menyalak, kencan

erkumpul di dalam satu kamar. Satu kamar yang mereka sepakati bersama jadi kamar tidur

mana Zel?"

timpal Layla. Mereka berdua sedang sibuk membongkar barang bawaan mere

Ambil pakaian seperti kalian," jawab Zeline sambil memasukkan ponselnya kembali k

ana mengangkat bahu bingung. Tapi sesaat kemudian sudah kembali sibuk dengan tumpukan baju yang

kepalanya. Tidak mungkin perempuan itu kalau hanya mengambil pakaian. Apalagi ini su

ne. Ada sesuatu yang perempuan i

jauh. Bergerak melewati padatnya jalanan kota. Dua roda motornya te

Mengabaikan meja resepsionis. Menuju lift yang kemudian sudah me

di sebelah pintu. Hingga membuat pint

nikmati waktu menonton TV. Kepalanya berputar, seketika mendengar pintu terbuka. T

yang terjadi? Siapa yang membuatmu sedih sayang?"

n tubuh setengah telanjang. Hanya berbalut s

ari-jarinya. "Zeline lagi sedih Om Firman. Sedih banget," ucapnya mengiba. Berm

pria itu. Melingkarkan tangannya, menghujani

am buat sewa rumah. Kan Zeline mau kuliah. Nggak mungkin dong kal

lanya ikut bergoyang mengikuti gerakan naik

tanya laki-laki itu

ngnya mau buat apa. Kok tanya lagi sih," prot

an itu maksudku sayang. Buat apa harus pinja

e kaget. Duduk dengan muka cerah penuh antusias. "Ya

tap. Melepas kaca mata tebal yang menggantu

-susah," prot

handuknya. Menariknya, membiarkan kain itu lolos dari tubuhnya. Membiarkan tubuhn

ki-laki di depannya ini. Tapi tiga malam ber

annya yang sudah bergerak ke arah pang

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka