icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Skandal Di Lantai 26

Bab 5 Kibasan Ekor Rubah

Jumlah Kata:1053    |    Dirilis Pada: 28/11/2024

ng ke luar jendela. Pantulan wajahnya terlihat samar di kaca, tapi pikiran

ar jam tangan Pa Faris yang memecah keheningan. Supir itu, seorang pria pa

, Bu Nadin,"

ngkat, masih sibuk me

itu. Ini bukan pertama kalinya ia menjempu

i di hotel, Bu?" tanyanya dengan

menjawab singkat, b

erbiasa dengan reaksi itu. "Baik, Bu. Kal

pemandangan luar, tapi pikirannya sibuk mengulang momen-momen di kantor tadi. Ia tahu, beberapa kolega pasti sudah m

apnya, tetap sopan meski Nadin hanya mengangguk kecil. Langkah wanita itu terasa berat saat ia

sinya. "Pak Raka meminta saya memastikan Ibu ny

wab Nadin singkat, s

kunci elektronik dan membukakan pintu untuk Nadin. "Silakan mas

kota dari jendela besar, lantai marmer mengilap, dan perabotan mahal membuat ruangan itu tampak seperti du

sebelum berkata, "Pak Raka akan segera tiba, Bu

jawab Nadin pelan, akhirn

sebelum keluar dari kama

leponnya bergetar. Nama adiknya, Lia, muncul di layar. Ia menghela napa

nya, duduk di te

ke rumah sakit," suara Lia terdengar sedi

a sudah mendingan. Tapi perawa

lihat. "Iya, tadi pagi Mama sempat telepon

i dokter bilang minggu depan ada penanganan lanjut, Kak, dan..

a sesaat. Hatinya terasa berat, tapi ia

ya. Aku yang urus semuanya. Fokus aja

um Dina menjawab, "Iya, Kak. Makasih.

ya," balas Nadin, mencoba tersenyu

idur. Sesaat, ia memejamkan mata, menarik napas dalam untuk menenangkan diri. Pikiran tentang ibunya, adiknya,

ahan, hatinya berdebar. Sebelum tubuhnya bergerak lebih menuju pintu, pintu

meja biru gelap yang disetrika sempurna, dasinya melonggar sedikit, mungkin

a. Ia berdiri di tengah ruangan, memandang sekeliling tanpa benar-ben

dingin, tanpa basa-basi samb

ebih lama daripada yang seharusnya

a. Ia menyingkap tirai dengan satu gerakan, melihat pemandangan kota di baw

, kan?" suaranya rendah, dingin, ta

a tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandan

jawabnya pelan, mencoba tetap tenang. Dengan sedikit

karang, pastikan kamu juga menjalankan tugasmu." Ujar

duk, merasa semakin kec

ke jendela, seolah berbicara pada dirinya sendiri, tapi setia

mpat lihat sesuatu. Cuk

bingung tapi juga cemas. "Apa mak

ubuhnya perlahan langkahnya perlahan tap

a membuatmu tahu diri. Kamu bukan lagi rubah bebas yang bisa men

perumpamaan itu. Ia mendongak, menatap R

ak ditempatkan di kandang yang terlalu sempit. Kare

gar seperti geraman halus yang mematikan. Tubuh mereka begitu dekat hingga Nadin bisa merasakan detak jantung Raka,

pi terasa nyata dalam setiap desaha

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka