Skandal Di Lantai 26
ar biaya rumah sakit ibunya. Tangannya gemetar, sementara pikirannya berputar menc
kan nama yang membuat dadanya
k Raka sekarang?" suara perempu
n mencoba menyembun
au ingin bic
Gedung perusahaan itu besar, dan langkahnya terasa seperti jalan menuju hukuman. Pikirann
karismatik duduk di balik meja. Ia menatapnya
Nada suaranya din
ursi di hadapannya. "Bapak
sebuah amplop ke arahnya. "Ini untuk me
ya, ia mengangkat kepala, bingung sekaligus cemas
ini bukan tanpa syarat."
s tangannya di bawah m
ikku. Bukan hanya sebag
an. Kata-kata itu men
n berusaha terdengar teg
kaki. "Aku butuh seseorang yang bisa aku percaya untuk selalu ada
ak, marah, tapi ingatannya kembali pada
am, matanya mulai berkaca-kaca. "
t. "Waktu? Baiklah. Tapi jangan terlalu la
pala tertunduk. Langkahnya terasa berat,
ecilnya, memandangi amplop yang diberikan Raka. Ia belum membukanya, tapi amplop itu terasa seperti
, Bu?" bisiknya, meski tahu
ya di rumah sakit terus menghantuinya. Dokter sudah memberikan perin
*
r dan akhirnya memutuskan, Nadin melangkahnatap pemandangan kota yang ramai dan melihat pantulan bayang
bih cepat dari
suaranya tercekat. "Saya... s
itebak. Ia berjalan mendekat, mengulurkan tangannya. "
u. Ia hanya menunduk, menahan r
at," ucap
at alis. "Oh?
sembuh, saya ingin semua ini selesai.
aja. Aku tidak memaksamu lebih
m hatinya, ia tah
*
n malam dengan alasan membahas pekerjaan. Nadin seringkali menghadapinya sebagai sosok yang jauh dari bos biasanya. Di depan orang lain, Ra
nya ke rak-rak dokumen. Kantor sudah sepi, hanya mereka berdua yang ters
iam seperti itu, kau sela
endengar nada suara Raka yang lebih lembut dar
tidak pernah mengeluh. Kenapa?" Raka melangkah pelan mendekati Nadin, matanya
ak. "Karena saya bu
ka itu yang kau pikirkan..." Raka berhenti tepat di depannya
kau
sadar mencengkeram tepi lemari di b
lembut. Sentuhan itu membuat Nadin tersentak kecil, tetapi ia tetap diam, tak k
a, lalu menyusuri lehernya dengan gerakan nyaris lambat, hampir menguji kesabarannya. N
ya yang lain terangkat untuk memegang pinggang Nadin. Dengan satu gerakan halus namun pa
ini. Kau memilih sendiri."
adar malam. Itu adalah malam yang merenggut sesuatu dari Nadin, kesuciannya, dan rasa percaya dirinya. Segalanya t
, Nadin tahu hidupnya tid
*
uangan. Ia merasa seperti tamu tak diundang di tengah keramaian. Gaun
rti ikan kecil di
g pria tinggi dengan senyum cer
ja, kau terlihat berbeda dari yang lain.
sambil menyambut
"Kau bukan hanya be
merasa kurang nyaman. "Ka
perti ini." Gio tersenyum, lalu mengambil dua gelas minuman dari pelayan
" Nadin mengam
mu bekerja di kantornya?
kecil. "Ya, hanya
pi Nadin tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yan
kan mereka. Rahangnya mengeras, melihat Nadin
rofon di panggung utama
ir di sini untuk merayakan peresmian pabrik baru kami. Namun, malam ini, saya juga ingin be
aka yang berdiri di samping ayahnya yang sedang berbi
arga kami. Dengan penuh rasa syukur, kami memperkenalkan Erine, wanita luar biasa yang telah dipilih untuk menja
ar. Ia menoleh ke arah Raka, me
mengeras. Kemudian, seorang wanita ber
a Tuan Arman dengan bangga. "
sempurna, cantik, anggun, dan tersenyum seakan kemenangan sudah di tangannya. Tepuk tangan memenuhi ruangan, tapi