DI BALIK KEBAHAGIAAN PALSU
menyentuh wajahnya, tapi pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Segelas teh hangat
ian adalah pembicara muda yang penuh semangat dan percaya diri. Rania yang masi
kamu bertanya tadi," kata Adrian saat pert
"Oh, terima kasih. Saya han
dengan begitu lugas," puji Adrian. "Ak
si untuk kariernya, hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Namun, hubungan mereka tidak selalu mudah. Rania ma
perih. Ada gambar saat mereka pertama kali berlibur bersama ke Bali, tertawa di pantai sambil bermain pasir. Ada juga f
ngan mereka muncul ketika Adrian mulai bekerja terlalu keras. Ia sering pulang
eperti orang asing di rumah ini?" kenang Rania, me
lalu berkata, "Aku lakukan ini semua
ing terluka. Namun sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, luka itu semakin dalam. Dan pesan-p
a tahu, hubungan mereka tidak lagi sama seperti dulu. Ia melihat Rania yang b
purna." Ia tidak tahu kapan semuanya mulai salah, tetapi ia sadar bahwa h
ika Adrian melamarnya di sebuah taman yang dihiasi lampu kecil.
i aku akan berusaha jadi pria terbaik u
aan seperti dulu. Kini, ia menangis karena kehilangan. Ia bertanya
Maya, wanita yang kini menjadi bayang-bayang dalam pernikahannya. Dengan bantuan lapora
gumam Rania. "Siap
gaun yang sama seperti di foto laporan Gilang, hatinya semakin panas. Apa
bercampur dengan kemarahan. Ia sadar, jika Adrian tidak bisa mengh
oba bersikap seolah semuanya baik-baik saja, tetapi ketegangan di udara tidak bisa
ini?" tanya Adrian dengan nada b
ari ini," jawab Rania singkat. "Ada
tapi ia bisa merasakan ada sesuatu yang berbe
hadapan Adrian, menatapnya dengan mata
melebar seakan mendengar sesuatu yang tidak ia harapkan. Ia mengat
tahu semuanya. Aku sudah cukup sabar, tapi sekar
pala. Ia merasa seluruh dunianya runtuh. Bagaimana mun
mencoba bertahan. Aku berusaha memahami, mengalah demi hubungan kita. Tapi aku merasa aku kehilangan d
berusaha meraih tangan Rania,
disimpannya bertahun-tahun akan terlepas begitu saja. "Aku sudah bertanya pada diriku sendiri, kapan semuanya mulai salah? Dan aku t
sudah terlambat. "Aku nggak pernah berniat membuat kamu merasa seperti itu, Ran. Aku..
nah merasa dikhianati sebelum ini? Apa yang terjadi dengan janji-janji kita, Adrian?" Rania berdiri dan berjalan menjauh, menghindari tatapan suaminya
rpojok, tak ada jalan keluar. "Ran, aku minta maaf. Aku nggak tahu apa yang ada di
bih dalam dari yang kamu kira." Ia berjalan ke arah pintu, membuka kunci pintu keluareningan yang berat di ruang itu, seperti kesadaran bahwa semuanya telah berubah.
akah aku bisa maafin kamu... dan aku nggak
erbelah. Begitu keluar dari rumah, ia berhenti sejenak di depan gerbang, menatap jala
bersama Adrian. Kini, ia merasa seperti sebuah bayangan dari masa lalu yang
dalam, kemudian mengiri
nya. Aku perlu
ia tidak akan mundur lagi. Keputusan untuk melangkah maju, meskipun penuh ketidakpastian, jauh
ambu