DUA HATI SATU PENGKHIANATAN
nya menyiratkan kebingungan yang tak terucapkan. Tangan kanannya meremas kunci mobil, sementara tangan kirinya tergeletak di sisi tubuhnya, men
rman, sambil menatap bayangannya di cermin. Apaka
dengan Maya, ia merasa perasaan bersalah yang menekan dadanya semakin membebani. Maya sudah tahu, ia tak bisa
ng semakin intens. Tempat yang sederhana, namun bagi Arman, kini menjadi tempat pelarian dari dunia yang penuh dengan tanggung jawab
masuk ke kedai, menatapnya dengan tatapan
empesona daripada sebelumnya. Ia merasa seolah-olah dunia ini hanya milik mereka berdua-sebuah dun
aja berbicara dengan Maya. Rasanya begitu sulit, Laras. Aku tahu apa ya
rdua tahu apa yang kita rasakan, dan itu bukan hal yang mudah. Tapi sekarang, y
p di hatinya. "Aku takut, Laras. Takut kalau aku melukai Maya.
t. Kita akan melakukannya dengan hati-hati, pelan-pelan. Kita berjanji untuk menjaga semuanya tetap
buah ketegangan yang semakin membesar antara dirinya dan Laras. Mereka duduk di sana, d
bahwa tidak ada jalan kembali setelah ini. Segala sesuatu yang akan datang, semuanya sudah diput
, namun dalam diam mereka juga tahu bahwa setiap kata itu adalah kebohongan yang sedang dibangun. Arman merasa aneh, seolah berada dalam duni
Maya mengamati setiap gerak-geriknya, seolah-olah ada jarum yang menancap di dadanya. Maya tak lagi bertanya tentang Laras, tapi Arman bisa merasakan beban di dalam
, Arman menerima
tidak ada yang bisa kita lakukan selain menjaga semuany
guatkan perasaan bersalah di dalam dirinya. Namun, ia tahu, malam itu ia akan pergi ke tempat yang sama l
erbisik. Setiap kata yang mereka ucapkan terasa seperti jebakan yang mengikat, semakin dalam, semakin b
ya penuh dengan kebingungannya. "Aku tidak bisa terus hid
terjadi, Arman. Tapi kita bisa memilih untuk menjalani ini dengan cara kita sendiri. Aku tahu i
bahwa setiap detik yang ia habiskan bersama Laras, ia semakin jauh dari kehidupan yang dulu
," gumamnya pada dirinya sen
at, dan dalam keheningan malam itu, Arman merasakan tarikan
tang, untuk merasa bebas dalam pelukan Laras, meskipun tahu bahwa dalam hati kecilnya, ia sedang merusak segalanya. Lan
ah kebohongan ini akan menelan dirinya
a suara kecil yang meronta. Ia merasakan getaran yang aneh, seperti dua dunia yang bertabrakan-
yang mudah untukmu. Tapi aku ingin kita fokus pada apa yang kita miliki sekarang. Kita punya ke
an. "Tapi aku... aku masih merasa bersalah, Laras. Aku sudah melukai
dup di antara penyesalan, Arman. Maya sudah tahu, dan kamu sudah membuat keputusan
, tapi rasa bersalahnya begitu menekan. Dia tahu ia telah memilih, tetapi apakah ini p
tap Laras dengan tatapan yang lebih mantap. "Aku tahu, Laras. Aku t
sa memilih, Arman. Aku hanya ingin kamu bahagia. Jika kamu bahagia b
egala keraguan. Namun, di balik keputusan itu, ia tahu ada harga yang harus dibayar. Setiap kebahagiaan yang ia rasakan bersama L
semakin terperangkap dalam jaringan kebohongan yang ia bangun. Maya masih di rumah, menunggu, tetapi Arman bisa merasaka
di ruang tamu. Wajah Maya terlihat penuh pertanyaan, namun ia b
dak bisa mengungkapkan kata-kata yang jujur. "Aku... aku hanya butuh
ya. "Kamu tidak perlu berpikir sendirian, Arman. Kita bisa bicara, kita bisa me
un ia tak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya. Ia merasa seper
ya akhirnya, mencoba mengalihkan
s di wajahnya. Sejenak, Arman merasa seperti penjahat di rumahnya sendiri. Setia
ring bertemu. Sesampainya di sana, Laras sudah menunggunya, tampak lebih cerah dan siap untuk melanjutkan hubungan yan
asa seperti orang asing, Laras. Setiap kali aku pulang ke
k mengkhianati siapa pun, Arman. Kamu hanya mengikuti hati
api ada rasa takut, Laras. Rasa takut jika suatu saat semuanya akan terungkap. Rasa
man. Tapi kita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Kita
detik yang berlalu semakin mengingatkannya bahwa pilihan itu datang dengan harga yang ha
ilih untuk terus berjalan di jalan yang sudah ia pilih-jala
ambutnya terasa semakin palsu, semakin jauh dari dirinya. Setiap pertanyaan Maya, setiap tatapan
dirinya, ia merasakan ketidakpastian yang semakin besar. Apakah kebahagiaa
diambil, dan kini ia hanya bisa menun
ambu