Gairah Cinta Sang Miliarder
lam surat itu. Bukan karena ia ingin menyerah pada Devan, tetapi karena ia tidak punya pilih
itam sederhana dan celana panjang formal. Ia mena
bukan jebaka
membelalak. Tempat ini terlihat seperti dunia yang berbeda dari
an senyum ramah. "Selamat datang, Mba
gsung curiga. "
tai 20. Ruangannya a
lantai 20. Ketika pintu lift terbuka, ia melangkah keluar, mera
u ruangan di ujung koridor,
an laptop terbuka di depannya. Ia menat
erusahaan kami, Naya
. "Jadi ini pekerjaan yang Om tawarkan? Memangnya aku
agai asisten administrasi. Posisi yan
aan dari Om!" sergah Na
n tentang aku. Ini tentang mamamu. Kau tahu, uang dari
iri masuk ke hidupku?!" tanya
m-dalam. "Karena aku pe
. Ia tahu Devan benar. Mamanya membutuhkan b
an menerima pekerjaan ini. Tapi jang
tipis. "Kita lih
*
as-tugasnya mudah, ia merasa semua mata memandangnya dengan rasa ingin tahu, se
nya di awal. Meski ramah, pria itu sering melonta
umpukan dokumen. "Di sini banyak pegawai yang iri. Mereka mungkin
engan siapa pun, apalagi dia. Aku bekerj
api tidak semua orang ak
*
a. Ia sering memanggil Naya ke ruangannya, bukan untu
akan siang?" tanya
an Om?" balas
kan, aku bisa memes
u sendiri," ujar Naya sambil berdiri. "Kalau tid
n senyum kecil. Wanita itu memang keras kepala,
*
orang wanita elegan datang ke kantor. Wanita itu mengenakan ga
menatap Naya dari uju
?" tanya Naya sopan, meskipun
a, tunang
Tunangan? Bukankah Devan bilang dia
gin memperingatkanmu. Jangan berpikir
bekerja di sini untuk mencari na
Clara tajam. "Ingat, Naya. Jangan coba-c
untuk menjawab. Naya hanya bisa berdiri kaku, otaknya
van? Apa yang seben
tui pikiran Naya, membuatnya semakin bi