Gairah Cinta Sang Miliarder
epon dari Devan, ia merasa seperti sedang diawasi. Ia tidak tahu apa yang pria itu
kecil di dekat hotel tempatnya bekerja. Ia ingin menenangkan pikirann
ruangan, matanya membelalak meli
va
yuman angkuh yang terlukis di wajahnya, Devan menarik perhatian hampir semua orang
un ia langsung menarik kursi da
memasang ekspresi dingin, berus
icara. Aku tidak suka kita berakhir
lam hidupku." Naya menyilangkan tan
antu. Kau punya masalah besar, dan aku
a izin adalah bantuan? Itu manipulasi!" Naya mena
setiap ekspresi Naya. "Aku tidak punya niat buruk, Naya. Aku hanya
u apa-apa tentang hidupku. Aku tida
embuat Naya sedikit gugup. "Kau benar, aku tidak tahu banyak.
tkan kening.
idak seperti wanita-wanita lain yang kutemui. Kau
ertarik pada pria seperti Om." Naya berdi
elangkah, Devan memegang
ngg
dipegang, lalu menatap Dev
ata dengan suara rendah, "Aku tidak akan menyerah
tidak tenang. Ada sesuatu tentang Devan yang membuatnya merasa t
*
di klub malam. Ia sudah memutuskan untuk tetap bekerja di sana meskipun hutang kel
n di bar, matanya menangk
va
iski di tangannya. Ia tidak mengatakan apa-apa, h
uatnya gugup. Ia tahu pria itu tidak datang tanpa alasan, da
meja Devan, pria
ilnya dengan
tapi tidak menole
a sebe
a. Aku tidak punya
is. "Aku bisa membu
ajam. "Jangan sok berkuasa di
Naya. Segala tempat bisa men
uk permainan ini," jawab N
gkaian kejadian yang membuat Naya menyadari ba
*
langgan lain dengan profesionalisme yang ia coba pertahankan. Namun, tatapan
tian Devan tidak pernah beralih dari Naya. Bayu, yang duduk tidak
arusnya berada di sini terlalu
lis. "Biarkan mereka mel
ggi besar menghampiri meja Devan. Pria itu adalah pelanggan teta
ah satu pelayan di sini. Apa dia milikmu
dengan dingin. "Dia bukan milik siapa-siapa.
u pikir bisa melindunginya? Kau
, adalah salah satu pelanggan paling berpengaruh di klub itu. Jika Devan
i meja mereka, berusaha
zinkan keributan di sini," kata Na
jadi seringai licik. "Ah, jadi ini dia p
g lebih tinggi dari Bram. "Jangan kurang
ndungi dia seperti pahlawan?" ba
ahan diri. Dengan gerakan cepat, ia menceng
gan siapa kau berur
uh amarah membuatnya sulit bergerak. Situasi semakin tegang,
Naya, mencoba menarik
hat ketakutan di mata Naya, ia akh
um aku berubah pikiran,
bisa menggerutu sebelum akhirny
yang kau pikirkan?! Ini tempat kerjaku
presi tenang. "Aku tidak akan membia
aya membuang apron kerjanya dengan frustrasi. Ia melang
*
i sebuah bangku di belakang klub malam, menghirup udar
harus terjadi pa
enoleh. Devan muncul dari kegel
panggiln
nggunginya. "Aku tidak mau
tegas. "Aku tahu aku bertindak gegabah tadi, tapi aku tidak
terbiasa dengan orang-orang seperti Br
nci di belakangnya. "Kau seharusnya tidak perlu te
ngandung kebenaran yang sulit ia abaikan. Namun, ia juga tah
ninggalkanku sendiri?" t
a, merasa ada sesuatu yang membuatnya ingin melindungi
awabnya akhirnya. "Dan aku tida
engan mata yang berkaca-kaca. "Om hanya
ngin menyentuh bahunya, tet
gi, Om. Aku tidak ingi
k dan masuk kembali ke klub malam. Untuk pertama kaliny
uat keputusan. Ia