PERMEN MANIS UNTUK DIKA
mereka. Di kantin, di taman, dan bahkan saat pelajaran olahraga, Rina merasa senang bisa berada di
usias membagikan permen-permen warna-warni yang Rina berikan padanya. Melihat Dika dengan gembira memperlihat
mengulurkan permen kepada Dika dengan senyum manis. Dika mengamb
men kepada teman-teman lainnya. Rina menyaksikan dari sisi meja, hatinya berdesir.
ang. Apa hanya aku yang merasa istimewa untuk Dika? Dia berusaha
manggilnya, menyodorkan sepotong permen. Rina
, berusaha menyembunyikan perasaannya.
bertanya, sedikit khawatir. Rina merasa hangat ketika me
ah," Rina menjawab, mencoba menyingkir
setelah ini. Semua orang bisa bergabung, dan
erti ini? Ia mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Rina melihat Dika berbicara dengan
on Dika berlari dan tertawa. Ketika Dika mencetak gol, sorak-sorai teman-temannya menggema, dan Rina merasa senangnya m
ku tidak ingin cemburu, tetapi Dika adalah orang yang sangat be
ngan, Dika mendekati Rina dengan senyuman lebar. "Rina, kamu harus berg
tahu," Rina menjawab,
dan kamu bisa menunjukkan betapa he
ak mengecewakannya. "Baiklah, kalau kamu bilang begitu
enjawab dengan bersemangat, dan Rin
asaan cemburunya. Saat ia berlari dan bermain, Rina menemukan dirinya terjebak dalam kegembiraan
a melakukannya!" Dika berteriak, d
ka. Ketika mereka beristirahat, Dika mengajaknya duduk di bangku taman. "Kamu
asa senang bisa bermain deng
an ini? Kita bisa mengundang teman-teman juga!" Dika mengusu
erapa resep baru," jawab Rina dengan antusias, me
a cemburu, tetapi kehadiran Dika di hidupnya adalah hal yang paling berharga. Rina memutuskan untuk lebih
n datang. Rina menyadari bahwa meskipun perasaannya terhadap Dika semakin dalam
ngat untuk menghabiskan waktu dengan Dika dan teman-teman. Dia sudah mempersiapk
engan beberapa anak laki-laki di dekat lapangan, hati Rina berdebar-debar. Dika terlihat sangat ceria, dan senyum
emanggilnya sa
. "Rina! Kamu datang tepat waktu. Kami sedang mem
Rina menjawab, berusaha menampakkan ke
hir pekan ini! Aku sudah tidak sabar!"
aku sudah menyiapkan beberapa resep baru! Aku ing
a!" Dika berkata sambil menggoda, "Tapi, jangan hanya
kan permen kepada yang lain? Dia berusaha mengingatkan dirinya bahwa Dika adalah orang yang baik h
ikirannya terus teralihkan oleh Dika yang tampak lebih akrab dengan teman-temannya yang lain. Saat j
ika mengangkat permen itu dengan antusia
kenalkan permen buatannya. "Makasih
n berkata setelah mencicipi permen itu.
tak pernah pudar dari wajahnya. Tapi saat ia berbagi permen dengan T
agai teman? pikirnya. Apakah se
dengan berbincang bersama teman-teman lainnya. Namun, saat Dika
anmu?" Rina bertanya tanpa berpiki
a kamu bilang begitu, Rina? Dika itu baik s
a dia berbagi permen denganmu atau teman lai
uga temanmu. Dia tidak bisa memilih satu teman saja. Ka
peduli padaku?" Rina berta
selalu tersenyum saat bersamamu. K
dalam. Mungkin aku terlalu sensitif. Namun, saat melihat Dika
a berbincang tentang pelajaran, tetapi Rina tetap merasa ada yang aneh di antara mereka.
k lomba nanti? Kita butuh tim yang kua
Rina bertanya k
ikir kita bisa menjadi tim yang hebat
akan ikut! Tapi aku tidak tahu seberapa
enting adalah kita bersenang-senang!" Dika menjawa
Dika melihatku lebih dari sekadar teman. Dia merasa terinspirasi untuk menunjukkan bahwa dia bukan
n perasaannya terhadap Dika semakin mendalam, persahabatan mereka adalah hal yang paling berharga. Ia berte
ambu