MAWAR BERDURI
dekat, setiap senyuman dari Raka menyalakan api yang Maria pikir telah lama padam. Di sela-sela rutinitasnya, sosok Raka se
dut kota. Raka tampak berbeda hari itu; kemejanya yang tergulung rapi dan car
a?" tanya Raka dengan s
up ke hatinya. "Baik... meski aku merasa jantungku ber
memikat. "Kamu tahu, kamu selalu bisa menolak undanganku jika kamu mau,"
ertentangan. "Aku... hanya tak bisa menahan diri untuk datang, Raka. Ada sesuatu tentang dirim
mengalir sampai ke hatinya. "Maria, aku tak ingin membuatmu berada di posisi sulit. Tapi aku tak
apnya, dunia seolah-olah mengecil, menyisakan hanya mereka berdua. Kehadiran Raka begitu kuat, b
ranya bergetar. "Bagaimana bisa
ti dirimu atau dia? Mungkin tidak bisa, Maria. Tapi kadang, dalam
tahu ia mempertaruhkan segalanya-pernikahannya, kepercayaannya, bahkan mungkin harga dirinya. Ta
nahan perasaan yang kian menguat, "apa
a ingin melihatmu bahagia. Ingin kamu merasa bebas dan hidup kembali. Jika itu membuatku egois, m
menyelimuti hatinya. Ia tak bisa berpikir jernih, ia t
Raka mendekat dan berbisik, "Jika kamu
eleburkan segala keraguan yang tersisa di antara mereka. Di dalam kecupan itu, Maria merasakan seluruh
adanya. Namun di sisi lain, ada gairah yang telah menyala, membakar segala keheningan yang dulu terasa begitu menceka
lakang setiap kebahagiaan yang ia rasakan, ada bayangan
tinya dipenuhi pertanyaan yang menghantui: Apakah ia bisa kembali seperti semula setelah se
pada pesona pria yang mengajarinya apa itu cinta dan kebeb
pan. Dilema yang mengguncang hatinya begitu kuat, membuatnya tersadar bahwa ia telah menyeberang ke wilayah yang
lam remang cahaya. Tanpa kata, ia menatap Maria dengan senyum lembut, senyum yang selalu begitu hangat, begi
Adrian, menghampiri Mari
kan senyum kecil. "Aku hanya...
biasanya mudah ia temukan pada Maria. "Akhir-akhir ini, kamu kelihatan sepert
ngetahui apa yang sedang terjadi. Dalam hatinya, perasaan bersalah semakin membengkak, memunculkan pertanyaan yang s
leng pelan. "Tidak, aku baik-baik saja. Mung
, Ma. Mungkin... kita perlu menghabiskan waktu lebih banyak bers
kosong. Pikiran dan hatinya kini sudah terbelah antara pria yang duduk di sam
iri, Adrian menghela napas, lalu berkata, "Aku selalu a
enuju ke kamar mandi, Maria merasa hatiny
jantungnya berdegup lebih kencang. Nama Raka terpampang di layar, membuat segalanya kembali terasa rrendah penuh ketakutan da
h keyakinan. "Apa kamu baik-baik saja? Kamu ter
alu bisa merasakannya, mengetahui hal-hal yang
eskipun dalam hatinya ia tahu bahwa ia jauh
kan kamu baik-baik saja, Maria. Aku tahu aku mungkin seharusnya
oba Maria pertahankan. Di satu sisi, ia tahu bahwa hubungan ini berisiko. Di sis
atinya berteriak menyuruhnya berhenti. "Tapi aku tak tahu bagaimana haru
iri," bisik Raka dengan nada yang dalam. "Kita hanya hidup sekali, Maria. Jika
pintu kamar mandi. Refleks, Maria segera memutus panggilan, m
encuci wajah, dan dia tersenyum kecil pa
n pikirannya melayang, hatinya terus menerus berpindah antara kenyataan y
an hasrat yang terus tumbuh. Pandangannya terfokus pada langit-langit kamar ya
in, ada Raka, yang membangkitkan api yang lama padam, yang memancing sisi dirinya yang belum pernah ia ke
asa untuk pertama kalinya benar-benar terjaga-ter
ambu