CINTA YANG BERPALING
merasa ragu untuk datang. Berbagai pikiran melintas di benaknya-apakah itu ide yang baik? Ia takut reuni ini hanya akan membang
bahkan tak tahu mengapa ia begitu peduli dengan penampilannya malam ini. Mungkin, ia hanya ingin
ecara fisik. Beberapa dari mereka menyapa Lia dengan akrab, mengajaknya berbincang tentang kehidupan mereka saat ini. Lia ikut tertawa, berusa
i
s karena Bima harus pindah ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah. Mereka sudah tidak bertemu atau berbicara sejak saat itu, tet
memberi isyarat padanya untuk mendekat. Lia, yang sempat te
nggak ketemu," s
lama banget, ya," jaw
ringan, dan sesekali mereka membicarakan kenakalan mereka saat SMA. Bima bercerita bahwa ia kini sudah bekerja
aimana kehidupan pernikahanmu, Lia?
. "Baik... Arya juga sibuk dengan pekerjaannya, dan anak-
api kamu terlihat... sedikit lela
seorang benar-benar peduli pada perasaannya? Seseorang yang benar-bena
ahlah, Bima. Rasanya seperti aku kehilangan sesuatu. Dulu aku punya harapan yang besar, punya mimpi untuk hi
a kita ke tempat-tempat yang tak kita bayangkan sebelumnya. Dan kita seringkali
ng setiap kesedihan yang tak bisa ia bagi dengan suaminya. Di saat-saat seperti ini, Lia merasakan kehangatan yang sudah
Lia terkejut. Namun, ia tak menarik tangannya. Alih-alih, ia merasakan rasa nyaman yang sudah
ahan, dengan tatapan mat
hidupanmu sekarang. Tapi aku ingin kamu tahu... kalau kamu mer
an yang ia rasakan selama ini, dan kehangatan yang ia dapatkan dari Bima malam ini, seperti menjadi jawaban atas keh
tepi ranjang, menatap wajah suaminya yang terlihat tenang, tanpa sedikit pun rasa beban. Hatinya semakin kacau-di satu sisi, ia tahu ia menc
i pikirannya melayang kembali pada percakapan dengan Bima. Sebuah pertan
samping Arya, ataukah cinta lamanya bersama Bi
menghantui Lia hingga ia terlelap de
adari bahwa ada sesuatu yang mengganggu istrinya. Sementara itu, pikiran Lia terus melayang-layang ke malam sebelumnya. Senyuman Bima,
Arya akan memperhatikannya, mungkin memberikan pelukan pagi yang sederhana, atau sekadar mengucapkan selamat pagi. Namun,
arusnya ia berbicara dengan Arya? Mengungkapkan
a masuk ke ponselnya. Sebuah
bicara seakrab itu. Aku harap kamu baik-baik saja. Kalau
angatan dari pesan singkat itu. Ta
benar-benar butuh teman bicara. Mungkin memang hid
erti, perasaan yang telah lama hilang dari hubungannya dengan Arya. Setiap pesan dari Bima membawa kebahagiaan sederh
ruang tamu untuk menonton berita, Lia mendekatkan diri dengan ragu.
mbil duduk di sampingnya. "A
datar, seolah ia baru menyadari
at. "Aku merasa... kita semakin jauh belakangan ini. Kamu sibuk, ak
mu apa, Lia? Aku bekerja keras demi kita, demi
erasa sendirian di rumah ini? Aku juga punya perasaan, Arya. Aku ingin kita bisa bicara sep
dah dewasa. Kehidupan ini memang berubah, dan kita
yadari, Arya mungkin memang tak lagi melihatnya seperti dulu. Bagi Arya, hi
ba menutup percakapan. "Ya, ak
ang sudah ia tahan akhirnya mengalir. Di dalam hatinya, ia merasa semakin yakin bahwa cinta lamanya deng
etar, pesan da
gobrol di taman dekat sekolah lama kita. Aku ingat kamu s
senyum kecil. Tanpa pikir p
Terima kasih sudah
kembali. Hatinya berkata bahwa ini adalah pilihan yang salah, namun kesepi
ambu