SEPOTONG COKLAT UNTUK KAMU
g ia beli kemarin malam masih ada di tas sekolahnya. Ia sudah memikirkan ini matang-matang-cokelat favorit Mila yang kali ini i
tu sekali lagi. Senyum penuh harap tergambar di wajahnya. Ia membayangkan bagaimana Mila akan tersenyum manis saat men
enasaran. "Eh, Fajar, kamu beli cokelat lagi?
ahu kenapa, tapi kayaknya hari ini aku ingin ngasih yang spesial bu
niat aja ya. Ini baru namanya usaha,
lagi. Biar nggak terlalu mencolok dan aku bisa cari wa
melihatnya dengan cokelat dan berteriak di depan teman-temannya. R
yang lain ada, aku yang hadapi," kata A
ndengar dukungan sahabatnya. "Makasih
us. Pikirannya terus melayang pada rencana pemberian cokelat ini. Bahkan, ketika guru memanggil
an mengambil cokelat itu, menggenggamnya erat sebelum memasukkannya ke dalam saku jaket. Dengan rencana yang
dung sekolah, berharap bisa bertemu Mila sendirian. Sambil menunggu, ia berusaha
inya sedang memisahkan diri dari teman-temannya untuk mengambil bu
ngan suara pelan tapi
dikit terkejut melihat Fajar berdiri
ia segera memberanikan diri untuk mengeluarkan coke
mu bilang suka sama cokelat ini, jadi ak
gambilnya perlahan. "Wah, Fajar, kamu benar-benar perhatian. Terima kasih, y
," balas Fajar, mencoba tetap
a Mila sambil menatapnya dengan tatapan
lan, menundukkan kepala karena malu. Ia berharap jawaban it
ata, "Fajar, kamu tahu nggak? A
alis, terkejut.
Fajar. "Ini buku cerita kesukaanku. Aku ingat kamu pernah cerita kalau s
mata berbinar. "Wah, Mila, ma
kitar mereka seolah menghilang. Rasanya seperti mereka adalah
tinya. Meskipun hanya pemberian cokelat dan buku kecil, bagi Fajar, momen ini san
yang ia miliki pada Mila mungkin jauh lebih berhar
cil yang diberikan Mila, dan setiap kali melihatnya, rasa hangat di dadanya semakin kuat. Ia tidak menyangka kalau Mila akan
angkap senyum di wajah Fajar. Ia menaikkan alisnya, penasar
a berhasil dikasih?" tanya A
n buku kecil yang diberikan Mila.
. "Wah, nggak nyangka kamu langsung dapat hadiah ba
mana menanggapi ucapan Ardi. Namun, di dalam
kang tampaknya mendengar percakapan mereka. Beni, dengan nada setengah
sih cokelat, nih?" goda Beni den
ngaruh. Ia hanya tersenyum kecil dan tidak menjawab. Melihat sikap
ian, nggak ada salahnya kan kalau Fajar ngasih cokel
uma bercanda. Tapi jangan lupa undang kita kalau nanti jadian," ucapnya s
lu mendukungnya. Ia tahu, meskipun kadang Ardi ser
s itu sesekali menoleh ke belakang, dan setiap kali pandangan mereka bertemu, Mila tersenyum, membuat waja
bersama menuju gerbang sekolah. Saat itu,
nya dengan senyum ceri
Jarang sekali Mila mengajak mereka pulang bersama. Ardi,
kan?" kata Ardi sambil menatap Fajar yan
yang aku suka banget, Fajar. Jadi aku harap kamu juga suka. Ceritanya tentang petualangan seorang anak yang berani me
enar memperhatikan hal-hal kecil tentangnya. "Makas
lihat Fajar dan Mila mulai semakin dekat. Sesampainya di depan
ari Mila, dan mulai membaca dengan hati-hati. Setiap kalimat di dalam buku itu seolah membawa pesan khusus, seakan Mila berbica
kecil setiap harinya. Bagi Fajar, sepotong cokelat sederhana yang ia berikan hari ini telah membuk
ambu