icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ANTARA DUA CINTA

ANTARA DUA CINTA

Penulis: EMBUN ABADI
icon

Bab 1 Kebosanan dalam Rumah Tangga

Jumlah Kata:1561    |    Dirilis Pada: Hari ini12:14

man kecil di halaman rumahnya. Rumah itu begitu tenang, hanya terdengar bunyi rintik-r

nya merasa kekurangan. Setiap pagi, Arman selalu menyiapkan teh hangat untuknya sebelum berangkat kerja, mengant

ya. Lina, yang sedang menonton televisi di ruang k

sapa Arman dengan se

is. "Selamat datan

samping Lina. "Lumayan. Hari ini banyak sekali urusan di kantor." Ia mengus

merasa ucapan Arman terdengar datar. Tidak ada kehangat

entar." Ia mengusap pundak Lina dengan kasih, lalu beralih k

arak yang terasa. Sebuah jurang yang semakin lebar dan membua

an diri mengutarakan isi hatinya. "Mas, kamu me

ak sedikit bingung.

initas saja," ucap Lina pelan, mencoba menaha

a kurang apa, Lin? Aku selalu berusaha menjaga ka

ap wajahnya, seakan-akan kata-katanya sulit terungk

a, kamu tahu kan aku selalu berusaha untuk ki

itu seolah semakin menusuk. "Mas, aku bukan hanya ingin ada di rumah dan me

bisa coba jalan-jalan akhir pekan ini, seperti waktu kita baru me

guk kecil. "Baik, Mas... Mungk

liburan yang ia butuhkan. Ia menginginkan sesuatu yang lebih

bali terjebak dalam pikirannya. Hujan di luar masih terus turun, membawa rasa tenang ya

keluar jendela. Hujan telah berhenti, menyisakan embun tipis di kaca jende

erangkat bekerja. Lina hanya bisa tersenyum tipis saat bangun dan menemukan secangkir teh itu. "Arman memang suami yang baik," pikirnya. Tapi

kan kerjanya, Sari, yang duduk di meja sebelah,

sambil mengetik di komputer. "K

a. "Ah, nggak apa-apa, Sar. C

"Mikirin apa, tuh? A

. "Nggak mikirin siapa-siapa. Cuma lagi

amu boleh cerita kalau ada apa-apa. Kadang kita

eseorang yang mau mendengarkan. "Sar, kamu pernah ng

ang cuma menjalankan perintah, bangun, kerja, pulang, terus tidur lagi. Tapi... hidup kan mema

kesenangan kecil yang diinginkannya terasa lebih dalam dari sekadar hiburan. Ada ses

bisa berbincang lagi malam ini, mencoba menyelami apa yang salah di anta

luar kota selama dua minggu," kata Arman den

yembunyikan kekecewaanny

nunggu kesempatan seperti ini. Lagipula, selesai proyek ini, ki

iri dengan Arman, selalu saja ada sesuatu yang menghalangi. Dua minggu terasa seper

pan perasaan kosong ini akan berlalu. Namun, di balik rasa hampa itu, terselip keinginan u

ndiri, "Mungkin aku butuh perubahan. Aku nggak tahu apa,

am masih terngiang di telinganya, membuatnya merasa semakin gelisah. Hari ini adalah hari terakhir Arman di rumah sebelum berangkat ke

gang, dan menyeduh kopi favorit Arman. Ketika Arman akhirnya turun dari kamar, Lina me

ayang," sapa Lin

ng sudah tertata rapi. "Wah, apa nih?

ring Arman. "Ya... aku pikir ini kesempatan te

gannya. "Aku bakal kangen kamu, Lin. Dua mi

.." jawabnya, walaupun di hatinya, ada

bersama. Namun, tak lama setelah itu, Arman harus segera berangkat untuk menyelesaikan persiapannya. Dengan ciuman ce

ngat sepi. Ia melirik ponselnya, ingin mencari hiburan atau melakukan sesuatu yang bisa mengisi wak

aktivitas. Ia pergi ke gym, mengikuti kelas yoga, bahkan mencoba menon

sudah lama tak ia jumpai-Bram, teman lama dari masa kuliahnya. Bram adalah sosok yang dulu sempat dekat

ari arah meja di seber

ram? Ya ampun, udah lama b

depan Lina. "Iya, aku baru balik dari luar negeri. Kaya

, sudah lama banget. Kam

yak hal lain. Bram selalu punya cara membuat Lina tertawa, sesuatu yang sudah jarang ia rasakan belakangan ini. Di a

sejenak. "Lin, aku tahu ini mungkin mendadak, tapi... kalau kamu

an, tetapi tak bisa menolak perasaan yang mulai muncul. "Ya, mungk

gat. "Bagus. Aku t

sa bersalah muncul di dalam dirinya, tetapi bersama rasa bersalah itu, ada percikan y

ngan Bram mungkin bisa membawa kebahagiaan baru, tapi ia sadar bahw

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka