Setelah 17 Tahun Pernikahan
a
a
ta pendampingmu, meski bukan yang pe
e kejauhan. Dari dulu aku tahu dia wanita bai
r tidak bisa menunaikan kewajibannya. Kuharap dia mengerti dengan keadaanku dan
kehangatan. Dengannya aku merasa lebih nyaman. Sedang
etika aku butuh kenyamanan. Ia selalu menemaniku jika aku merasa kesep
ah satu-satunya wanita yang bisa memahami, menghibur dan menyejukkanku dengan
ri, bayangkan saja, ketika sudah terbaring lemah saja dia masih bisa bertingkah, apalagi ke
uh memikirkan A
u yakin kamu pasti kuat menghadapi semuanya, Mas. Jujur, aku kasihan sama kamu
enyejuk kalbu. Inilah yang membuatku nyaman bila berada di dekatnya. Dari lubuk hati yan
pnya perlahan, lalu mengenggamnya erat, tapi apa daya, dia b
ermain-main dengan kata-katku. Aku h
yang tidak sungkan untuk mengutarakan keluh
Aku juga mencintaimu, Mas. Tapi bers
nyuh, bak terbuai dalam mimpi yang s
erhadap wanita yang sudah bertahun-tahun menemaniku tersebut. Teringat masa-masa perjuangan kami d
bagaimana mestinya seorang istri, lalu apa l
s yang bisa dikatakan sudah lusuh dan sudah pudar pula warnanya. Dan jika sesekali aku menuntut hakku padanya, dia menyodorkan raganya dengan teramat
emilih untuk mendapatkan wanita yang nyatanya lebih a
ponselku
rpampang di l
a menuntut uang dariku. Tapi tak mampu mengimbangi dan membalas budi atas uang yang kuberikan padanya. Terkadang sekali transfer aku rela memberikan lima
ia anakmu, Mas! Mungkin Amira ada kepenting
ti akan kukirimi uang untuknya." jawabku. Ju
ra kumatikan saja, sebab kepalaku pus
wajah cantik itu, aku seolah tak ingin
aku mengatakan sesua
nkan hanya untuk berkata-kata, hid
kata-kata. Maafkan aku Am
telah berjuang menyiapk
Kita benar-benar akan menikah. Kau m
mat cantik wajahnya. Senan
jika aku akan menjual rumah kami agar nanti