Love In Affair
lingerie tipis berwarna hitam, dipadukan dengan cardigan yang menggantung longgar di pundaknya. Wajahnya dirias lembut, rambutn
gai CEO. Ia sudah tiga tahun menjabat menjadi seorang CEO.Steven memang pria baik, tampan, dan sangat menyayanginya, tapi kebaha
gi. "Aku harus melakukannya malam i
ung Anita berdegup kencang. Dia menarik napas panja
gat yang biasa ia berikan setiap kali pulang. "Hai, sayang," uca
sudah pulang," jawabnya dengan suara lembut namun mengandung kegugupan. Tatapannya berusa
istrinya ,dan menc
alam ini." Steven akhirnya m
t dada Steven yang masih dibalut kemeja kerja. "Aku... hanya ingin malam
keraguan di balik matanya. "Sayang, aku tahu apa yang kamu inginkan. Tapi, aku benar-benar l
, ini sudah dua tahun... Aku juga butuh kamu. Aku butuh kita,"
sulit untukmu... untuk kita. Tapi pekerjaan ini sangat menyita tenaga, dan aku hanya
i?" gumamnya. "Berapa lama lagi, Steven? Aku butuh suamiku, bukan hanya
tapi tidak ada kata yang keluar. Akhirnya, dia hanya menghela nap
s tekad yang semakin kuat untuk menyelamatkan pernikahannya, untuk memulihkan kedekatan yang dulu pernah mereka miliki
akanan sudah siap, dan aku juga menyiapkan air hangat untuk kamu
sejenak, lalu tersenyum kecil. "Kamu benar-benar luar biasa, Anita
nya. Sebuah pengakuan kecil dari Steven sudah cukup baginya untuk merasa dihargai. "K
pur, menata meja makan dengan rapi, memastikan suasana tetap hangat dan romantis. Dia me
h sedikit basah, tapi wajahnya terlihat lebih segar. "Air hangatnya l
mempersilakannya duduk. "Sekarang
ang tepat. "Steven," panggilnya lembut setelah beberapa suapan, "Aku tahu kamu sibuk, dan aku menghargai semua kerja kerasmu.
sedikit terkejut. "Aku tahu kamu merasakan itu, dan aku... aku minta
ulah yang aku khawatirkan, Steven. Aku tidak ingi
di atas meja, menggenggamnya erat. "Malam ini, aku ingin kita melupa
ng... kamu benar. Aku harus lebih memperhatikanmu, memperhatikan kita. Aku janji malam ini a
hun terakhir mulai runtuh. Mereka berbagi senyuman, dan untuk pertama kalinya setelah sek
rjaan atau rapat penting, hanya cerita ringan dan tawa kecil yang dulu begitu mereka nikmati. Anita merasa, mungkin untuk
ian yang selama ini ia rindukan. Senyum di wajahnya begitu tulus, memperlihatkan betapa dia sangat menghargai setiap momen ini. Steven, di sisi lai
yang penuh cinta. Tanpa banyak kata, ia meraih tubuh Anita, mengangkatnya dengan mudah dalam gend
di dahinya, lalu turun ke pipi, dan akhirnya bertemu dengan bibir istrinya. Ciumannya terasa lembut dan
ukannya. "Aku merindukanmu, Steven," bisiknya di sela-sela ciuman me
ya terdengar dalam dan hangat di telinga Anita. "Aku
berhenti. Bibirnya terus bergerak lembut di sepanjang leher Anita, membuatnya merasakan getaran bahagia yang
ia merasakan cinta Steven sepenuhnya, seolah tak ada lagi jarak yang memisahkan mereka. Setiap sentuhan
in membuat suaminya bahagia dan ke
a,yang belum ereksi,ia mengulum ya sampai tongkatnya berd
wa suasana oleh lumatan istrinya"a
lah lama ia menunggu momen hangat
rahkan penis besar nya pada lubang kenikmatan Anita yang sudah
ku Stev aku tidak tahu kamu begitu lelah."uca
hingga tak ada waktu untuk mu,aku janji aku janji nanti setelah p
momen itu."ucap Anita