icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Beri Kami Rumah

Bab 10 Akar dari Semua Akar

Jumlah Kata:1321    |    Dirilis Pada: 13/08/2024

telah menikah, Bu Anah semakin manja kepada Giyung dan suka mengkritik segala hal yang aku lakukan untuk anaknya. Mulai dari masalah lauk pauk, keingin

rlebih lagi Toro juga ikut tinggal satu rumah dengan kami. Konon katanya dia tetap ingin tinggal di sana, alasan utamanya karena dia tidak nyaman tingg

daan mendesak. Sayang jika sayuran yang ditanam oleh mertuaku tidak aku manfaatkan. Selain menghemat biaya, kami juga belum punya pekerjaan tetap dan hanya bergantung dari h

, beliin ikan juga biar bergizi" teriak Bu Anah dari rumahnya. Aku melihatnya sedang berpegangan ditemb

u dengan tatapan tidak suka. Aku kembali ke rumah dan mencuci bekas alat dapur ya

ah tangga adalah salah satu bentuk

*

a terdengar suara pintu digedor dari luar sambil memanggil nama Giyung. Aku panik dan

ng?" tembakn

idalam kam

kelapa ada di samping rumah mertuaku. Akan tetapi, tidak ada penerangan sam

pa. Emang harus tengah

a Giyung datang

uat petik buah kela

ambil berjalan melewatik

saja? Soalnya kan bahaya, nanti ada ular dan

ok" jawabnya singkat

ak, dia akan memelas dan menangis seperti anak kecil. Ini tidak normal walaupun dia mengidap sakit stroke. Bukan hanya itu saja, dia merengek pad

ami berdua pergi ke sawah, dia selalu meminta Giyung untuk memetik buah kelapa muda. Dia cerewet ingin ditemani terus, mengobrol dengan anaknya, Giyung. Padahal ada Toro dan suaminya, mereka berdua bahkan tidak pedu

rnal yang membahas pengidap stroke yang berubah menjadi bayi, kebanyakan jurnal membuat pembahasan tentang psikologi orang tersebut yang mudah menangis dan sangat sensitif karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Entah apa alasan Bu

tau sekedar duduk bersamanya. Aku akan disalahkan tentang banyak hal dan sudah dipastikan dramanya sem

ng juga sudah terbiasa sarapan dengan pencok, salah satu makanan khas daerah kami. Dia membeli pencok sa

rkunjung ke rumah kami. Dia me

a kepada Giyung yang sedang duduk di

jawabnya

pu. Kemana istrimu?"

ih tidur" ja

. Begitulah kebiasaannya. Kak Riana juga sering berkomentar tentang apapun. Contohnya bunga yang aku tanam di halaman rumah, mengecek lauk yang

itu? Kondisi rumahnya aja kayak gitu. Sekedar menanyakan mertuanya saja nggak pernah. Menyapu seisi rumah mertuanya juga nggak pernah. Wanita sep

ir Kak Riana?" tan

semakin kesini suaranya semakin keras. Kata-katanya juga kian kasa

mu kok diam saja?" kataku menyalahkan Giyun

ah bertahun-tahun dan memiliki dua anak perempuan, karena itulah dia menganggap dirinya paling benar dan berpengalaman?" tanyaku terus mencecar Giyung. Dia melototiku sekaan menyuruhku un

aku bisa pungut disekitar s

luargamu, kamu hanya diam seperti batu?" teriakku kepada Giyung. Kak Riana membuka pintu b

eriakin adikku!" katanya dengan raut wajah murka. Aku mengalihkan pandangan ke arah Giyung. Dia tidak ada perlawanan sama sekali saat melihatku diperlakukan seperti itu oleh kakaknya. Air mataku menetes deras, pikiran dan hatiku ter

ngataiku kotor lagi. Aku kemudian masuk ke dalam kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Didalam kamar aku menangis sejadi-jadinya ka

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka