icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Jangan Benci Cintaku, Ustadz

Bab 5 Malam yang Panas

Jumlah Kata:1328    |    Dirilis Pada: 31/07/2024

lalu sempit untuk menampung semua keresahannya. Angin malam yang seharusnya membawa kesejukan malah tak t

inding, yang menunjukkan pukul sebelas malam. Di luar, suasana pesantren sudah sunyi

i celana pendek dan tank top, pakaian yang biasa ia kenakan saat di rumah. Di sini, di pesantren, dia tahu pakaian seper

ma yang gelap dan sepi menyambutnya, tapi dia tak peduli. Yang penting baginya se

kan udara malam yang segar. Suasana di luar begitu tenang, berbeda jauh dari kehidupan malam di kota yang biasa dia

mendapati sosok Ustadz Malik berdiri tak jauh darinya. Wajah ustadz itu terl

Malik dengan suara renda

ketahuan dalam situasi yang sangat tidak pantas. Dia mencoba mengendalikan

a Ustadz Malik sambil melangkah mendekati Alina. Tatapannya

rtahankan sikap kerasnya. "Aku nggak

lebih dingin dari biasanya. "Ini pesantren, Alina. Ada aturan ya

jelaskan dirinya. "Kenapa? Aku cuma butuh udara

lakukan ini sangat tidak pantas. Di sini, kita menjaga aurat dan kehormatan. Itu bukan hanya

lakukan seperti anak kecil yang tak tahu apa-apa. "Aku nggak peduli

. "Kamu mungkin tidak memilih untuk berada di sini, tapi kamu ada di sini sekarang, dan kamu harus belajar mengikuti aturan. Apa

ah panjang itu. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa dia be

lik. "Hijab itu bukan hanya pakaian, tapi perlindungan. Dan di si

"Aku tidak terbiasa dengan semua ini! Aku nggak mau hidu

da Tuhan, Alina. Kamu mungkin tidak mengerti sekarang, tapi seiring waktu, kamu

dakpeduliannya segera mengambil alih. "Aku nggak peduli, aku ngg

p Alina. "Kalau kamu merasa seperti itu, maka kamu perlu memahami konsekuensi dari tindakan

gan tak percaya. "Kamu serius?

adi, Alina. Tapi aturan tetap aturan," kata Ustadz Malik dengan nada penuh

hanya akan memperburuk situasi. Dengan tatapan penuh kemarahan, dia berb

las di belakangnya, meskipun Alina berusaha untuk ti

dakberdayaan. Bagaimana mungkin seseorang seperti Ustadz Malik bisa begitu dingin dan tak berperasaan? Pikirannya terus berputar, memi

d pagi-pagi buta? Sungguh keterlaluan, pikirnya. Tapi di dalam hatinya, ada rasa takut yang ia rasakan. Takut akan perubah

menghantui malamnya. Dia tahu bahwa besok akan menjadi hari yang panj

hasil dari tidur yang tidak nyenyak. Ia bangkit dari tempat tidurnya dengan

antren. Dia menatap bayangannya di cermin, merasa seperti orang yang berbeda. Rasa kebebasan yang bias

epi, hanya ada beberapa santri yang sedang melaksanakan shalat sunnah sebel

ik saat dia melihat gadis i

m dirinya. Mungkin karena dia terlalu lelah untuk melawan, a

apkan di sudut masjid. "Mulailah dari sini. Bersihkan seluru

kan hanya karena dia belum pernah melakukan pekerjaan seperti ini sebelumnya, tap

lantai ia pel, seolah menambah beban yang sudah terlalu banyak di pundaknya. Namun, di t

ng tida

hasil kerjanya. "Kerja yang baik, Alina," katanya dengan nada yang

h marah dan kesal, tapi di sisi lain, ada rasa lega yang samar. Dia

in kamu bisa menemukan sesuatu yang kamu suka," kata Ustadz Ma

gin berubah. Tapi satu hal yang pasti, hari-harinya di pesantren ini aka

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka