ASMARA TERLARANG DI PUNCAK BROMO
ia nantikan selama berminggu-minggu. Bersama tiga sahabatnya, Mira, Dito, dan Siska, Rina bersiap memulai pendak
mbil memastikan ranselnya suda
mengangkat dua ibu jarinya ke udara. "Aku bahkan t
rti itu, Mira. Tapi itu justru membua
abut tipis masih menyelimuti kawasan itu, memberikan kesan misterius dan menantang. "Ayo, kita mulai. Semakin
ak, menciptakan irama yang harmonis. Di sepanjang perjalanan, mereka disuguhi pemandangan alam
at di Bromo?" tanya Siska saat mereka
ahari terbit dari puncak Bromo. Katanya, pema
uga! Dan tentu saja, aku ingin
a harus mencoba mendaki kawahnya. Itu a
pendakian. Setiap kali salah satu dari mereka merasa lelah, yang lain akan memberika
an tinggi dengan pemandangan yang luar biasa. Mereka memut
li kita mendaki bersama?" tanya
ah pendakian ke Gunung Semeru. Kita semua hampir menyer
"Dan kau, Rina, yang paling berseman
nung lain," kata Rina dengan mata berbinar. "Setiap pe
kin menantang, tapi mereka tidak menyerah. Rina merasa ada sesuatu yang spesial
i puncak. Di sana, mereka bertemu dengan beberapa pendaki lain yang
menuju puncak?" tanya salah
awab Rina. "Kal
endaki Bromo, tapi tetap saja tidak pernah
a dan tips pendakian. Rina merasa senang bisa bertemu d
perjalanan. Jalanan semakin terjal dan berat, namun semangat mereka tak pernah
an, ada batu besar," ka
s tetap waspada," jawab Dito s
omo. Pemandangan yang menakjubkan membuat rasa lelah mereka hilang seketika.
n mata berkaca-kaca. "Aku tak pern
r-debar, merasa bahwa perjalanan ini hanyalah awal dari sesuatu yang besar.
romo. Sebuah perasaan yang mengisyaratkan bahwa petualangan sebenarnya baru saja dimulai. Dengan seny