AKU BUKAN WANITA MANDUL!
Ibu mertuanya, tanpa kata ia langsung beranjak dari s
ya!" panggi
serta keputusan tersebut tidaklah gampang, karena sejati tidak ada seorang wani
nahan Bu Yanti yang henda
pi,
ama Syaqila," potong Nusa. Akhirny
a. Sebenarnya Nusa tidak setuju dengan hal ini, tapi ia
gkul wanita paruh baya itu. "Tante, sepertinya ini akan s
u jangan bicara seperti ini, Lara. Kamu pa
*
du. Kenyataan ini terlalu pahit dan sulit untuk ia teri
n dirinya sendiri denga
enar ia
ya sehat dan kemungkinan mempunyai anak itu ada. Hanya belu
menyapanya bersamaan denga
i Syaqila, kini terasa berbeda. Suara lemb
yaqila bergeming, pandangannya lurus kedepan
dengan suara yang bergetar. Sesa
raih tangannya, tapi denga
awab! Sejak kapan kamu mengkhianati aku, mengkhianati
u, Sya, aku gak pernah mengkhian
nyum hambar. Senyuman yang penuh dengan k
hati aku, tidak ada wanita lain!" lanjut Nusa sambil menunjuk dadanya sendiri, men
omong kosong!" Syaqila me
ya mencinta kamu!" balas Nusa dengan tegas, membalas tatapan istrin
enampakan ketidak berdayaannya. "Mama ingin sega
juga, banyak diluar sana pejuang garis dua. Kita hanya perlu bersabar saja, ini semua hanya masalah waktu Mas, tidak bisakah kalian bersabar sebentar saja? Aku juga ingin mempunyai anak, Mas, ingin sekali, tapi jika
qila memang ada benar, apakah ia terlalu cepat
ncaman dari ibunya saat itu, membuat Nusa tak ada pilihan lain se
u dan Syaqila belum bisa memberinya, Mama sudah cukup sabar menunggu selama ini. Lagi pula dalam ajaran kita, pria boleh lebih memiliki satu istri, apa lagi kamu punya alasan yang kuat untuk meminta izin pada Syaqila untuk
aan kamu juga, Sya," ucap Nusa, yang te
ut mendengar u
qila hanya terdengar
mereka. Membawa Madu untuknya, Madu dengan lain rasa, bukan Madu yang biasa mempunyai rasa manis, tapi
a anak sayang, anak aku dan Lara nantinya akan menjadi anak
emakin membuat hati istrinya terluka? Bak luka yang masih basah di siram oleh air garam, perih!
i anak, tapi bukan anak dari benihmu dan wanita itu!" t
ya
qila, mengusir suaminya. Syaqila langsung naik keatas ranjang
dan tidak ingin kehilangan kamu, tapi aku juga tidak bisa membantah keinginan Mama, aku juga tidak ingin kehilangan wanita yang sudah melahirkan aku,
anku, aku tahu kamu sangat menyayangi Mama, tapi kenapa kamu tega melukai hatiku? Ibumu memang S
ah ini harus apa, b
dahulu, menata hatinya yang masih porak-poranda itu. Ia haru
ambu