Calon Istri Tuan Muda
jut dari arah depannya m
gkangnya ketika melihat sesosok gadis di h
pa k
n terdapat jarak sekitar lima meter. Tapi tidak
andangannya pada sosok gadis itu yang berdiri di depan sebuah pintu. "Tunggu! Kamar
aki mendekat, yang datang tak hanya seoran
is itu sama-sama men
ya bersamaan angkat bicara
a, Fandra," ujar sang nenek
a?" Fandra mena
Kamu juga, sayang," k
perhatikannya karena semua orang tampak memuja gadis itu. Ora
masih terkagum-kagum dengan segala yang ada di rumah itu. Ini seperti mansion klasik yang ada di cerita, dalamnya penuh denga
empuan itu berjalan lebih dulu. Sang ayah merangkul pundak anaknya, me
api perhatian sang nenek, bahkan ibu dan adiknya tampak begitu
cara sejak kakeknya meninggal. Tidak hanya tiga perempuan yang sering kali Fandra lihat di rumah, tapi ju
yak?" Sang nenek bertanya sepa
nyenyak." Itu bohong, tapi syukurlah tidak ada lingkar hitam di bawah matanya ketika
beritahu kami, atau asistenmu jika membutuhkan sesuat
ntara mereka itu. Bungsunya Alatas itu tidak mau
lengkan kepala melihat anak bungsuny
canggung menimp
beda jauh sekali dari semua sikap yang dia tunjuk
buat Vana melongo. Ini pesta? Pikirnya. Matanya membola, memindai setiap makanan yang t
cukup kampungan, pikirnya. Dia menarik kursi di tempat biasanya. Namun, dia sama sekali tidak berp
nenek tetap mempertahankan kelembutannya membuat Fandra menatapnya tak per
adalah keputusan yang dia buat sendiri. Tangannya mencoba mengambil makanan sambil menelan saliva bukan kare
anya sekali dua kali cara makan dan gaya Vana menganggunya meskipun ga
kan semua orang di meja makan itu. Wajahnya
nas," komentar sang adik santai. Dia t
n! Apa maskudnya ini?" tega
ah," balasnya dengan santai. Fandra semak
erhatian tertuju pada Fandra yang bangun dari duduk
g juga!" Fandra menegaskannya. Dia sepertinya marah sekali
pergi dari sana, dan sama sekali
akan bicara dengan
bin
ang labil, kakakku," ka
ut yang membulat. Sang adik mengangguk
nggu jadi mereka tida
ta berkumpul di ruang santai,
ntu," b
sinya sigap membantu sang ibu. Vana memperhatikannya dan ikut bangun. Dia sudah kenyang meskipun hanya
ang ratu rumah menyadark
ut dan duduk di salah satu
n kaca. Dia tampak masih marah meskipun sang ib
dra. Memaklumi kemarahan cucunya itu karena bagaimanapun, Fandra
aik apa yang akan Nenek sampaikan ini, Fandra. Apakah k
api diamnya itu cukuplah sebagai
, sebab kami tahu kamu pasti menolak," kata sang nenek memulainya. Semua orang diam. "Pe
terkejut. Mereka saling tatap d
" Fandra menola
a, dia sungguh shock mendengar
a kali aku bilang tidak akan mau me
ekarang Nenek akan mengatakannya, Vana adalah g
erna apa yang baru s
mpaikannya padamu, bahkan sempat berpikir bahwa Kakekmu hanya asal bicara saja. Tapi bagaimanapun, itu menjadi pikiran sampai kamu mengena
ra percaya kalau mendi
Tapi, Nenek percaya pada kalung ini," katanya mengeluarka
n nenek dengan bandul yang serupa seperti dimiliki Vana. Tangan gadis
hiaskan batu safir biru di tengahnya berada di tangan
ek. "Dan Vana memiliki pasangannya, it
ar semua orang bisa melihatnya. Kalung yang ada di tangan Vivana itu dengan pola-pola serupa pancaran sina
kalung miliknya itu. Dia menurut, dan nenek
nenek fokus pada kedua bandul kalung yang benar-benar
ng tampak
embuat semua orang terkejut dan menatapnya ter
pi tatapan tajam dan sorot m
menikah dengan gadis kampu
bulatkan mata mendengar ap
au menikah dengan tuan muda yang angkuh dan di
a kau ada d
a akan jadi seperti ini. Gil
ak akan membiarkanmu!" ancam Fandra dengan tatapan
tidak semudah
ikejutkan dengan perlawanan Vivina yang ternyata cukup berani membalas Fandra disaat orang lain t