JANDA KEMBANG
g masih berada di dekat makam basah mendiang Kusno Hesnandar yang baru saja dikebumikan. Tampak satu orang wanita dengan wajah sembab memandang kosong pusara Kusno
adi seperti kiamat kecil bagi kehidupan wanita cantik itu. Kini dirinya
Ucap Pak Jali, mertua Ningsih, senyumnya tipis mengembang, tampak tak
ya tangan keriput Pak Jali dari pundaknya, ada perasaa
rintik hujan mulai bertambah deras, orang-orang berhamburan meninggalkan area makam, tapi tak begitu dengan Ni
**
I KEM
a dengan tampang sangar. Kedua pria itu adalah orang suruhan
gan sopan, Jayadi namanya. Nigsih menghela nafas panjang, mencoba mencerna tiap kata yang keluar dari mulut Jay
Mas Kusno." Ucap Ningsih lirih, dia sama sekali tidak mengetahui bagaimana cara untuk me
a, bunga hutangnya akan semakin besar. Itu akan sema
iki uang sebanyak itu. Tolong mengerti." Balas Ningsih, raut
ria satunya lagi, Darno. Jayadi melirik tajam ke
mertua Saya. Nanti Saya akan merundingkanny
akan kembali lagi, semoga minggu depan uangnya sudah ada." Jayadi lal
n banget ramah pas nagih h
as kita menagih hutang waktu dia masih 7 hari
! Aku tau, Kau ingin meni
aiki sepeda motor untuk kembali menuju rumah para penghu
membuat dada Ningsih sesak. Bagaimana mungkin mendiang suaminya bisa meninggalkan hutang sebanyak ini? Apalagi selama 2 tahun menikah tak sekalipun mendiang suaminya itu be
Suara Pak Jali mengagetkan Ningsih, pria tua itu lalu du
Ucap Ningsih sambil menyembunyikan ke
ak Jali, matanya mengarah pada selembar k
i sikap Ningsih itu membuat Pak Jali semakin penasaran, dia semakin merangsek maju lalu meraih tangan Ningsih
lai membaca rincian catatan hutang mendiang anaknya, terkejut
ua orang suruhan Koh Alung datang ke sini men
?!" Umpat Pak Jali penuh emosi, dibuangnya kertas yang tadi digenggam
Pak, Saya bingung , Saya nggak punya uang sebanyak it
ya Pak Jali, kali ini tatapannya
li menatap wajah Ningsih yang duduk agak menjauh darinya. Pria tua itu kembali mencoba mendekat, Ningsi
ng Kusno, tapi Kamu harus bantu Bapak dulu ya..." Ucap Pak Jali dengan
mulai menjamah bagian tubuhnya. Terlambat, Pak Jali semakin merangsek, tak mau menyia-nyiakan momen pria t
ba memberontak, tapi Pak Jali tak kalah se
il berusaha menciumi wajah Ningsih, wanita itu berusaha
gsih memohon welas asih dari mertuanya ya
skanmu, sampai-sampai Kamu sering bermain sendiri dengan teron
kan, nafsunya yang sering bergejolak tak bisa diimbangi oleh Kusno yang mengalami ejakulasi dini, itu mungkin yang membuat selama 2 tahun pernikahannya belum jug
amu nggak pernah puas dengan Kusno?" Sindir Pak
kali ini dengan lebih kasar, Pak Jali meresponnya, pr
sno itu! Dan mulai besok Kamu pergi dari rumah ini!" Bentak Pak Jali, matany
api Pa
Ningsih semakin kalut, belum selesai masalah hutang mendiang suaminya, kini muncul masalah baru, Ningsih bingung harus bersikap seperti apa untuk meredakan amarah mert
h lirih, Pak Jali masih asyik dengan rokoknya, waja
arus menurut apa kataku." Ucap Pak Jali ding
tuk melunasi hutang-hutang Kusno kalau bukan
n Saya
ejut, apalagi ketika Pak Jali mulai melepaskan celana, tanpa rasa m
rih, Pak Jali hanya tersenyum tipis, pria itu kembali me
Ningsih agar menyentuh batang penisnya yang sudah mengeras. Ningsih mencoba menolaknya tapi ingatan ten
a dong...." Perintah Pak Jali, Ningsih menuru
rnya usaha untuk menikmati tubuh menantunya sesaat lagi akan terwu