PPKM (Pelan-Pelan Kamu Menerimaku)
k kanan, pasang se
a sudah pulang, meninggalkan mereka berdua dalam keadaan canggung. Bagaimana tidak, Jess
ana, Jess? Say
suka. "Lo bilang apa
a dan kali ini, ia memilih lebih mendekat pada gadis yang duduk di tengah ranjang dengan bi
lang kam
dar ia hilangnya kesal di hati yang segera saja makin m
gak mencari mas
a, ah! Gue
tu kembali dalam posisi rebah. Menyelimutinya pelan dan memast
aja tidur di rumah sakit
ke
ulang
pak terman
pulang. Gue mal
nap
r. "Gue ribet ada lo di sekitar gue. Ket
ya di sini
sih, lo enggak
l? Ap
atanya. "Dah, a
s. Selam
tubuhnya dengan selimut. Masa bodo dengan keberadaan Arslan. Besok, akan ia
detak sepersekian detik kala Arslan m
lam, Jess.
et jurig r
*
ukan menuruti tapi paling tidak, menjauh dari dirinya agar Jess leluasa bergerak
h mereka terus menerus berdebar termasuk ... perkara pulang. Memang Jess dirawat di salah satu
da yang mau dibawa l
n gue. Pekerjaan gue juga di sini. Dan lo!" tuding Jess seketika. Matanya melotot tak terima lanta
aya hanya menjalankan kewa
iapa? Anjing
kan telunjuk yang masih teracung tepat di depan hidung
san
ma kamu, makanya saya peringati ka
p. Memberi punggung pada Arslan yang ia tau, menga
nggak terlalu mala
aja tinggal di rumah Xena. No o
ni bangkrut total. Semua aset Tua Bangka disita. Tapi selama ini saya membangun satu rumah kecil. Yang
ia dengar. "Lo bilang apa?" Ia harus memast
Xena. Saya baru bisa memberi tempat berteduh dengan rumah itu. M
? Gue engg
bangga tentu saja karena ini pertama kalinya, bahkan sang ibu tak mengetahui mengenai hal ini, ia me
lkan sedikit demi sedikit uang yang benar-benar
kecil? I mean, sorry, lo jangan tersinggung." Jess mengangkat tangannya sedikit. "Kenapa enggak lo per
besar saya beri ke Mami. Terserah beliau pergunakan untuk apa. Saya ambil secukupnya untuk hid
r-bar menyebalkan juga besar sekali gengsinya ini? Bekerja sam
u ke sana tapi kalau enggak suka, enggak masalah. Kita tinggal di apartement yang saya sanggup sewa untuk
icaranya. "Lo tau, Ar, satu hal
mengatupkan b
sesuatu tanpa memastik
nemukan kaitannya dengan apa yang Jess uc
lo kecil, atau lo sanggup sewakan gue apartement lain untuk gue tinggal di mana lo," Jess menjeda sejenak u
Saya paham kamu di sini bekerja. Tapi saat kamu tinggal di Jakarta
rti itu. Semua yang Jess lakukan selalu dalam koridor yang ia mau. Juga orang-orang yang bekerj
ama saya di Depok dengan kamu ting
gue mau. Dan lo mengesankan sebuah p
ela napas panjang. "Saya enggak bisa biarkan kamu
karta juga kerja. Jangan membatasi diri lah
nnya ap
ihan." Jess mengib
mandiri. Melakukan segala sesuatunya sendiri, memiliki prinsip kuat tak terbantahkan kecuali ada alasan yang lebih masuk
nya tanpa berpikir apa dirinya
kan saya. Saya enggak paksa. Tapi
berb
ka. Mengenalnya hampir satu setengah tahun dengan banyaknya perdebatan di sela waktu m
telepon saya. Balas segera ch
uk jidatnya cukup ke
amu lagi hamil. Tinggal sendirian. Enggak dalam pengawasan saya. Kalau kamu kenapa-na
yang Arslan ucapkan. Seperti
ekerja, Jess. Itu s
gue eng
ya. "Ayo, kita pulang." Kali ini, Arslan tak berniat untuk adanya negosiasi. Percuma bicara panajng lebar di depan
SLA
u harus dekat dalam pengawasan saya. Enggak peduli nanti
IN
pa
ng ini. Rasanya Jess ingin sekali menjambaki rambut pria itu hingga botak. Atau menggigit lengannnya itu denga
dan angkat telepo
ah beruba
sambar Arslan. Ditariknya dengan cukup kencang serta tak pe
i seenaknya merampas tangan Jess. Lalu ... gigitan itu dilaksanakan sempurna. Yang mana Arslan hanya memejam, merin
enci s
ya
it j
saya masih
, lo!
saya mau
ess sedikit berjinjit dan menemukan sasaran lain untuk giginya. Sejak kapan gadis itu menyerang menggunakan gigi, sih? Apa
dis itu tak jatuh. Berbahaya kalau Jess terlalu serampangan bertingkah. Ia biark
lan. "Biar lo rasa kalau gue enggak suka sama lo yang pemak
saya p
an biar gue engga
ke
kar
kalau kamu ada di dek