Kau Madu Aku Kuselingkuhi Dirimu
esia. 6 Maret
i sebuah momen. Lembutnya seprai mewah, menjadi saksi bisu dari setiap helaan napas dua insan yang tengah memadu kasih. Tubuhnya seolah menari di atas ranjang, d
ksi, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang indah, sedang membenahi dirinya di depan meja rias sambil memoles wajahnya dengan pelembab malam. Sosok yang sering disapa Cl
n hasratnya. Tatapan matanya terus menatap layar ponselnya. Samuel Wijaya, seorang CEO Wijaya
belum tidur?" Clara b
da layar ponselnya, menjawab,
ngarah ke ranjang, dan Clara berbaring di samping suamin
igap meletakkannya di meja kecil di samping ranjang. "Hanya u
ri kenyamanan. "Seandainya saja kita punya anak ya, sayang. P
menenangkan hatinya. "Istriku, rumah kita sudah ramai. Ad
u maksud, sayang. Jikalau kita punya
dan bersyukur bisa memiliki istri yang pengertian, penyayang, sabar, d
yak kekurangan. Apalagi... Aku seor
leh bicara seperti itu! Anak bukanlah satu-satunya kebahagiaan dalam berumah tangga. Kunc
gguk pelan,
amu adalah istri yang selalu mem
sebab malu, "Ah, bis
dai dalam urusan ranjang," goda S
a nggak lucu," sahut malu Cla
dengan lembut, "Bagaimana pun keadaanmu, a
a kita tidur yuk, besok aku m
lembut pada malam itu, merajut mimpi dalam keheningan malam yang tenang dan damai. Pernikahan mereka tetap harmonis meskipun Clara mendap
hat berkeringat dengan setelan training tipis yang melingkupi lekuk tubuhnya, rambutnya yang berwarna merah terikat anggun ke belakang. Sorot matanya melirik apple watch y
nyegarkan dari pendingin udara di dalam rumah. Di antara estetika kemegahan, seorang perempuan dengan setelan maid muncul, menyapa dengan lembut, "Selamat pagi, Nyonya. Sara
ngkahnya menuju kamar. Di sana, tugasnya sebagai istri terpanggil untuk membangunkan suaminya. Namun, ketika Clara memas
akan tersentak oleh kehadiran mendadak istrinya. Dengan sigap, ia menyembunyikan ponselnya, la
ut dan bertanya, "Bagaimana jogging pagi in
aan itu, "Ohhh... Sungguh menyenangkan, i
itukan menyehatkan," balas Samuel
an Clara memancar dari bibirnya saat Cl
n rasa kesegaran, menghapus kelelahan dari tubuhnya. Setelah satu jam menghabiskan waktu untuk membersih
. Setelah rambutnya dikeringkan, Clara melangkah dengan keceriaan ke dalam ruang pakaian pribadinya. Di dalam sana, ha
pernak-pernik kecantikan. Memoles seluruh bagian wajahnya dengan pelembab Dior, kemudia
i cermin. Ia memperhatikan suaminya yang masih asyik dengan
tersenyum, "Eh, maaf sayang, aku malah asyik main
ng ganti, memakai setelan jas yang membuatnya terlihat begitu elegan. Clara mendekati Samuel, memilih sebuah dasi dari laci dan memakaikan ke le
yang seirama, menuju ke meja makan yang sudah te
*