DIBALIK WAJAH ZIZIE
ku tutupi dengan rambut indah pirangku yang berurai itu, tersibak oleh tiupan angin, mereka yang berada di dekatku akan menjauh seketika dan menatap aneh padaku, ibarat a
atai anak siluman, anak ular dan anak pungut oleh orang tuaku. Apa aku hanya ditakdirkan berteman dengan seekor ular besar bersisik pelangi it
kamu dari tadi sayang? Kenapa nggak nyaut sih?" tanya mama padaku. Sera
ik ke arah mama yang juga tu
Biarin aja mah! Mama sarapan aja duluan bareng papa. Ntar Ziz
usaha membuat aku percaya diri dengan keadaan dan kondisi wajahku, yang terkadang membuat aku
ntukku. Terutama mama yang bagiku dia adalah malaikat hidupku, apa jadinya aku tanpa mama. Tak jarang aku memergoki mama sedang menangis di
untuk cantik agar cantik tak lagi menutupi wajahnya itu dengan rambutnya. Di mana tempat yang terbaik untuk bisa melakukan pengobatan terhadap anak kita. Mama enggak sanggup melihat dia terlihat sangat minder dan berkecil hati. Tanpa teman hanya sendirian, apa pun caranya kita memberikan kebahagiaannya dengan fasilitas mewah dan lengkap agar membuat ia bahagia dan tak tertekan dengan semua kondisi y
sangat hingga mama dan papa rela menghabiskan uangnya, yang udah tak terhitung terbuang sia-sia hanya untuk membuat wajahku normal seperti anak-anak se
ertunduk dengan berurai air mata sementara itu, papa berdiri di samping mama menatap sedih dan gelisah ke arah mamaku. Aku tahu akan kegundahan yang mereka rasakan, aku tak mau jika kedua orang tuaku k
a, terluka, akan tetapi aku melihat mama dan papa tak pernah pasrah maupun menyerah pada keadaan. Aku sudah ikhlas dengan kondisi yang diberik
lagi kita mampu membahagiakan Putri satu-satu kita, papa akan mengupayakan pengobatannya ke mana pun itu, mau ke negeri mana pun, papa akan lakukan sem
it hati pah, tiap kali melihat air mata yang disembunyikan oleh anak kita di saat hinaan dan bully-an yang cantik terima, tanpa mau membebani kita dengan tekanan yang ia terima selama ini di belakang kita, ketika ia ingin bersosialisasi dengan orang-orang di seko
ena sisik ular dan warna mata yang berbeda di sebelah wajahku. Kenapa hidupku tak seindah hidup mereka? Aku tak bahagia dengan bergelimang harta seperti ini! Akan tetapi wajah dan mataku berbeda dengan mereka, yang aku inginkan kesempurnaan di wajah dan tubuhku Tuhan dan tawa ceria terpancar dari kedua wajah orang tuaku. Aku sakit Tuhan dan aku ter
i engkau pikulkan di pundakku dan di pundak kedua orang tuaku,
rkan diriku. Aku sengaja sembunyikan semua penderitaanku ketika aku dibully, disakiti, di diskriminasi di sekolah dan di area mana p
*
nti
tiii
uding spesial kesukaanmu sayang!" terden
an air mata yang menitik dari kedua netraku, dan ak
a!" sa
Buruan do
ma datang. Aku ingin mama melihatku tetap riang dan ceria t
get! Kapan mama beliin sih!" sambutku dengan
mu sayang," jawab mama seraya mem
*