Pedihnya Luka Yang Kau Berikan
jawaban aneh dari sahabatnya itu. Dia baru saja datang, tapi bukanny
a," ujar Luna dengan suara yang meninggi, seol
kesal dengan sikap Luna yang seperti wanita tua yang menyebalkan. Na
rasa kesal Nikita langsung hilang. "Kamu lagi ada masalah sama calon
bah serius, seolah-olah dia memegang kartu As andalannya. Da
um-minum, ya," pinta Luna dengan s
ajam. Terlihat jelas kantung mata hitam yang besar di bawah mata Luna. Awalny
u...?" tanya N
anti pakaian dengan cepat. Setelah itu, Luna keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. Dalam keadaan bingung
*
angkan minuman mewah itu ke dalam gelas-gelasnya dan meneguk dengan cepat. Begitu habis, dia menuangkan lagi. Nikita hanya memperhatikannya dengan serius. Dia mencoba
a tak tahan melihat Luna terlihat se
gutuk. Dia melepaskan lengan yang digenggam oleh Nikita, lalu dengan ce
ran, dong!" rayu Nikita. Wajahnya terlihat se
ya terlihat lebih dewasa dan pengaruh alkohol dari minuman itu
ah memiliki beban pikiran setiap hari," ucap Luna kemudian. Dia tersenyum
Kamu terus-terusan mengatakan i
eb. Bisakah kamu menjaga rahasia terbesarku?" Mulutnya terbuka
lan! Bukannya kita selalu saling menjaga rahasia? Rahasia apa sih itu?" u
kosong dan Luna menuangkan lagi. Lalu dia menjawab, "Pernahkah kamu melihat aku bers
*
skipun bukan malam Senin. Pukul setengah delapan, mereka naik ke panggung rendah dengan l
dut yang agak gelap. Meski terlihat oleh Nikita. Sementara sang vokalis melamba
atas panggung. Setelah sebentar berada di belakang panggung, Nikita seger
. Sebaliknya, Nikita terkejut melihat wanita imut di
sapa Dinda dengan senyuman sambil
butnya. "Terima kasih." Kehadirannya
e dengan batuk-batuk kecil. Sejenak, pa
a pulang secepatnya. Bahaya pulang malam t
sampingnya. "Hei, aku masih di sini, lho," batin Nikita kesal. Dia menggenggam tangannya
it gugup. "Tenang saja. Aku akan pulang bersama teman," jawa
saat dia menerima tatapan tajam yan
guslah," kata R
us karena kedatangan Nikita. Dia berusaha untuk teta
amu bisa cek, jika tertarik dengan proyek ini, hubu
ahan senyumnya. "A
ian pergi kembali ke teman-temannya di meja lain. Ra
. Kebetulan saja bertemu di sini. Dia hanya menawarkan kerjas
dikit dari Ray, kemudian men
Ray menunjukkan penyesalan, tapi ternyata tidak. Pria
l mengangkat bahunya. Dia menyisir rambutnya dengan jari, memperlihatkan senyuman genitnya. Di
tapi dia membatalkan niatnya untuk protes. Dia dengan sekuat t
" balas Nikita dengan nada yan
ambu