Karena masa lalu
idak ingin kekecewaan hari ini mem
atkan pertunjukan balet putri bungsunya itu. "Tenang sayang. Walaupun papa tidak hadi
an ramah. "Selamat pagi, Bu. Silahkan isi daftar hadir dulu y
gan senyum. Ia melangkah menuju me
ana, seorang dari panitia yan
rsenyum. Mereka sudah saling kenal k
b Hana ramah. "Anda adalah orang tu
tul," ja
ujar Hana sambil menyodorkan buku d
n memeriksanya. "Maya Novaria, nama yang bagus," puji Hana.
alah, Bu?"
an suami Anda," ujar Hana. "Ken
ggu dengan pertanyaan itu. Karena pertanyaan itu se
aannya. Maya selalu sendirian di setiap momen yang ada. Ya
ya dengan ringan. Walaupun akhirnya pertahanan Maya yang ia bangun per
u BK, tentu saja Hana bisa membaca perasaan Maya.
yang diundi berdasarkan nomer kursi ibu. Jadi, jangan pulang dulu ya sebelum
dah dilipat. Dan ia membukanya. "No
skannya. "Karena undangan ini untuk pasangan, dan suami Anda tidak bisa
a kasih banyak," kata
yakan, jangan ragu untuk bertanya kepada
yang antusias. Sepertinya acara sudah dimulai. Karena Suasana begitu ramai denga
berusaha untuk tidak terlalu mencolok di tengah kerumunan para orang tua siswa. Setelah se
u di sebelah mana ya?"
kanan, barisan ke-5," jawab
ballet siswi kelas
masih pertunj
ak, Pak," ucap May
a. Karena ia tidak terl
instruksi yang diberikan panitia tadi. Dan Dia merasa lega
ketemu juga,"
ggulung di lantai. Kaki Maya tersandung di karpet tersebut. Kakinya h
n," ucap
an menariknya sehingga Maya tidak jatuh ke lantai. N
Maya, merasa
a-apa kan?" ta
uara lelaki itu sangat familiar o
lam hati, "apa itu dia? Ap
menggema di seluruh tubuhnya. Wajahnya memucat, dan
a lagi, suaranya penuh dengan kekhawatiran,
ambut yang menutupi sebagian besar wajahnya. Namun, lelaki itu tidak
nya lagi, ekspresinya penuh d
cap Maya dalam hatinya, berusaha menenangkan diri di tengah kekacauan yang melanda. Dan
hirnya menjawab pertanyaan lelak
am, seolah mencoba mencari sesuatu di balik rambut yang menutupi wajah May
di sepi. Seperti hanya ada mereka berdua sekara
but Maya yang menutupi wajahnya, mencoba untuk melihatnya dengan
a tidak dapat menghindar lagi. Mata mereka berdua akhirnya saling b
kekaguman yang sama, seolah menemukan kem
pandangan Yang membara, semakin lama semakin men
ang mimpi, tolong jangan bangunkan aku lagi. Biarkan saja aku terkubur di