Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya
? Zamanku dulu tidak pern
arkan saja terus petunjuknya. Aku yak
Sander sibuk menekan setiap tombol yang terdapat di bagian terluar
er dan juga Ben. Keduanya tersentak di tempat. Sander sendiri hampir menginjak rem secara mendadak di ten
menahan amarahnya, tetapi kali ini ia gag
in akan mampu terdengar oleh
an preman itu dengan senang hati kembali mengemudi sendirian. Ia mengatakan sesuatu soal rencananya memamerkan mobil Ben
sar dengan gurat vertikal tipis menantinya. Ben menyentuh sebuah kotak asing yang berada tidak jauh dari kenop pintu, jejera
lang tahu
ekan angka itu. Alhasil, Ben memilih cara lama
pkan untuk Alisya itu. Bagian dalamnya terlihat jauh lebih berkelas
s berjalan menyusuri lantai yang tidak memiliki goresan sedikit pun. Ben sampai m
ya yang bahkan tidak mempunyai kursi untuk bersantai. Kini, Ben mempunyai satu set sofa mewah lengkap dengan mej
nolehkan kepalanya sekilas untuk melihat ke ruangan lain, sebelum akhirnya ia mendudukkan dir
der akan menggila jika tahu total uang yang
yak ini?" Ben bisa membayangkan dengan jela
ekarang dia ada di sini bersamaku. Seharusnya dia sedang berlarian melihat-lihat kamar barun
ia segera duduk tegak dan menarik napas dalam. Alisya tidak boleh melihat ayahnya menjadi le
an lebih memilih untuk berbaring di atas karpet ruang tamu. Punggungnya bersandar kepada kaki sofa. Alas tidur yang tidak begitu empuk se
9 tahun yang lalu. Ia berdiri sendirian di tengah lorong yang terdengar ramai oleh canda tawa dari puluhan anak di ru
begitu keren dan dapat dikendalikan menggunakan remot. Seharusnya, semua anak akan begitu
ang meminta untuk dipanggil Rossa pernah berkata dengan lembut kepada Ben. "
am menjelang. Perhatian terbesar yang ia dapatk
suatu hari, Ben memutuska
anak perempuan yang teng
sambil melirik ke kanan dan kiri. Dengan ragu
ntu saja bisa. Memangnya ad
da anak yang sep
a dia s
dah dipindahkan ke pa
api setidaknya ia berhasil berbicara dengan seseorang selain Rossa. Ben terus berusaha untuk tetap melanjut
sambil menyodorkan mainan kesayang
kali tidak mengambil mobil-mobilan itu dan justru sibuk menggenggam tangannya se
enggelengkan kepala dengan wajah mengerut. "Ambil
a ke
ngtuaku
getar seolah-olah ia akan segera menangis, "kamu be
u muda untuk mengendalikan emosi membuatnya kelepasan. Ia membanting mobil-mobilan kesayangannya ke lantai. Sekuat tenaga menahan tangi
an air mata mengalir deras di pipinya, bersamaan dengan suara merengek yang nyaring.
lantas memeluk dan menepuk pelan pundak sang gadis. Dengan hati
ma sama Papa bakal segera menjemputku!" jawab Ben dengan sedikit terge
buka dan menutup mulutnya berkali-kali, tetapi pada akhirnya ia memusatka
ri itu mungkin telah ditakdirkan untuk menjadi hari terburuk bagi para pengasuh panti, karena salah satu a
l pernah datang lagi. Sama seperti or
cil mencoba menghentikan pertengkaran lain yang kemungkinan bes
ra pengasuh lain sa
anak yang dibuang! Anak-ana
engar lantang dan yakin, ia sendiri kini mulai menangis. Kedua kakinya tidak berhenti mengentak lantai dengan gusar
h besar dari itu. Tampaknya, seluruh kebenaran yang tiba-tiba saja diungkapkan oleh salah satu teman mereka membuat mereka tidak lagi mampu memendam s
ang sama seperti teman-teman di sekolah. Rasa kesepian mereka memang bisa terobati karena kehadiran satu sama
kapkan isi hatinya membuat ketenangan palsu
amukannya. Tubuh kecilnya yang baru saja sedikit melebihi tinggi satu meter terus berkeliling dan menghancurkan setiap benda yang dilihatnya
ri itu, Ben semakin ke
enghadapinya. Rossa benar-benar berbeda dari para pengasuh yang lain. Wanita itu bersikap sangat lembut dan keibuan, ia juga
bangunan utama panti. Jika sudah begitu, Ben akan menghabiskan waktunya sendirian di luar. Memainkan mobil mainannya yang rusak d
embangkan kemampuan sosial yang cukup baik. Namun, ia mulai ingin berusaha untuk berinteraksi
-anak panti asuhan lain. Rok terusan yang dikenakannya berwarna begitu cerah, hampir terlihat seperti
p dan bertanya denga
*