Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya
an. Dengan sengaja Ben terus menundanya, berniat memberikan waktu
tercinta. Berpikir bahwa setidaknya, ia bisa memanfaatkan kesempata
an. Sambil membawa satu buket bunga mawar merah kesukaan Alisya, Ben berjalan pelan melewati makam demi
? Siapa
mengerjaka
wanita itu mengenakan pakaian yang lebih kasual. Tidak ada selendang yang menutupi rambut hitamnya yang dig
celana jin itu untuk Thalia di hari ulang tahun sang mantan istri tahun lalu. Perasaan Ben lanta
s berbicara tanpa menyadari benak Ben yang tengah berkecamuk. "Kamu tahu sendiri, Garry selalu me
rasa tersindir oleh ucapan Thalia. Padahal yang w
di bagian tengah, belum tumbuh sepenuhnya. Nisan yang semula hanya berupa kayu bertuliskan cat hitam kini berganti dengan batu putih berbentuk buku yang terbuka. "Ali
i punya lebih ban
ap
dari apa pun. Matanya juga terus menolak bertatapan dengan pria itu. Ia lebih memilih melihat ke arah yang berlawanan. Sadar atau tidak, ia j
ga, Thalia." Suara Ben terdengar begitu lirih. S
ar begitu merendahkan dirinya. Jika saja yang berada di hadapannya adalah orang lain dan b
gitu ia cintai. Satu embusan napas berat dari Thalia saja mampu membuat Ben merutuki dirinya sendiri. S
a yang lebih mumpuni, semuanya t
pi tidak pernah satu kali pun aku berhenti berusaha untuk menjadi yang terbaik, Thalia. Baik untukmu maupun Alisya. Meskipun usahaku belum cukup, tolong har
t Thalia meneteskan air mata. "Terlambat, Ben!
maksu
isak-isak mulai kesulitan untuk berbicara. Ia menarik napas dalam dengan susah payah. "Semua kebutuhan kami, Garry yang penuhi. Bahkan sebe
dak bisa langsung menghubungimu di saat Alisya kecelakaan! Selama ini kita hanya terus berkomunikasi lewat Ali
teleponku, Ben. Hanya saja aku tidak mungkin mengh
itnya mengilap dengan garang. "Iya, pasti begitu. Baik kamu, ayahmu, ibumu, maupun Garry tidak mungkin mel
kejadian setelah ia bercerai dengan Ben lalu menikah dengan Garry. Ia pernah berharap Ben akan hadir di pernikahannya karena ia tahu Ben tidak pernah menyimpan den
ngga setiap kekurangan kecil dari Ben mampu membuatnya tersulut amarah. Thalia merutuki Ben
khirnya tersadar akan kesalahannya jatuh terduduk di atas
. Beruntung, ia cepat tersadar bahwa ia tidak lagi mempunyai hak untuk menyentuh wanita itu. Akhirnya, Ben hanya b
u juga sudah gagal menjadi ibu untuk Alisya.
rita seperti ini sejak kematian Alisya. Ia juga merasa sangat malu
long jangan menyalahkan dirimu sendiri terlalu lama." H
. Sejenak wanita itu mengecek ponselnya yang sempat berbunyi,
n kasar. Namun, Ben menangkap ekspresi lain selain kesedihan di wajah wanita itu. Tiba-tiba
atapan penuh kasih say
sebelum menatapnya dalam-dalam, "ada alasa
. Ia cukup terkejut menyadari bahwa Thalia masih
sangat saya
*