Dokter Mafia Tampan
u tak sabar, matanya
, membuat Quin yang baru saja terp
emeluk tubuh Quin. Mendapat serangan mendadak membuat dirinya tidak siap, jangankan memberon
sapan itu sangat kasar membuat Quin tak bisa bernapas, sekuat ia mendorong tubuh Gavriel sekuat itu pula Gavriel me
an senyum devilnya ia menatap Quin, Gavriel memang sangat tampan, tubuh tinggi tegap dan perut yang bagaikan roti sobek itu kini terpampang jelas, ia hanya memakai s
ap Gavriel dengan suara
limut yang menutupi tubuh Quin. Badannya se
un semua itu tak ada artinya, Gavriel sudah terpengaruh ob
tak berpakaian, Gavriel berhasil meloloskan kain penutup yang menghalangi aktifitasnya. Ia mengigit leher jenjang Quin. Hingga nampak bekas gigitannya. Rasa sakit perih be
lembutnya Gavriel tetap kasar dimata Quin. Air m
sukan si junior ke dalam lubang sempit itu. Tu
apan bibir Gavriel. Kulit putihnya penuh tanda merah. Bulatan bukit kembar yang keli
n kuku panjangnya ke kulit Gavriel, namun tetap saja tak berpengaruh sedikitpun. Ia terus memompa
ya dalam lenguhan panjangnya. Ia telah menyemb
yang ia jaga akhirnya dirusa
in. Matanya terpejam, Ia merasa lelah. Begitu juga dengan Quin, ia tertidur dengan membawa luka dal
*
men
ia sangat terkejut, apalagi di sampingnya ada gadis tertidur lel
orang," makinya ke diri sendiri
h Quin ke dalam pelukannya. Mencium lembut ubun-ubunnya. Ia belum mau beranjak
, tapi baru kali ini ia melaku
is cantik bule, namun ia tak minat dengan me
a pernah menjalin hubungam asmara dengan teman seangkatannya, k
ncah, si gadis kepergok sedang ber
angnya. Bukan lagu juga sih, tapi mirip saja. Di tambah lagi papinya yang dengan mudahnya bergonta-ga
lit putih tubuhnya yang dipenuhi tanda bekas bibirnya, "Apakah gue seganas itu?" tanya
dari luar. Ia tak ingin gadis itu kabur, Gavriel harus bertanggung jawab atas apa yang di
a, ia cukup kesal dengan Rian, bagaimana bisa meninggalkan obat perangsang di dalam kamarnya. Beru
ri kamar mandi, ia mengambil hair dryer
e. Belum ada tugas di rumah sakit. Ia mendudukan diri di tepi kasur, menata
arnya berkedip nampak banyak pesan yang masuk ke ponselnya. A
sambungan telepon, namun dari luar terdengar deruan suara mobil yang be
ekan bel berkali-kali. Begitu pintu telah di buka, Gavriel menghadiahi bogeman
ian, tentu Rian tak paham dengan apa yang di lakukan saudar
t!" Rian ikut memaki Gavriel, Gavriel tersenyum smirk. Lalu menarik tan
mengikuti saudaranya itu, yang memang dari dulu kasar. Gavriel membukakan
ing lagi," ledek Rian, Gavriel
ra lu,"
tanya Ria
i kamar gue," ungkapnya, Rian segera menut
lu buat manfaatin tytyd lu, masa' ia udah 28 tahun
g!" um
tunggu, bukannya dia gadis yang hampir gue tabrak di lampu merah itu.
gadis tersebut, sebelum ia b
ong jangan sakiti saya, saya mau pergi!" gadis itu histeris, menangis. Nampak kacau. "say
i sendiri, lalu tatapannya menangkap kaca besar. Ia segera memecahkan kaca tersebut. Dan m
ancapkan pecahan ka