Pengantin Sang Duda
Caliana menghentikkan
ingin membalikkan tubuhnya sama sekali. Memilih untuk mengeraskan hatinya dan menulikan teling
awabnya. "Apa Abang gak kasihan sama Ilsya? Dia masih bayi, Bang. Dia baru saja keh
rang yang berada di belakangnya. "Tapi Ilker gak mampu jaga anak itu. Hati Ilker
gi. Abang percaya kalau Mama bisa jaga dia. Abang
nya dengan perasaan tercabik dan mata memanas. Setelah mengucap itu, Ilker berjalan semakin cepat ke arah mo
m pelukan sang suami sambil meratapi nasib
lakukan, Mas?" Reng
ni tampak tak berusaha untuk mengendalikan diri. Ia menangis di pelukan sang s
menggantungkan harapan padanya. "Apa yang harus Mama lakukan s
Untuk sementara kita biarkan dulu. Biarkan dia memulihkan perasaannya." Ucap Syaquilla menengahi yang didu
li pada kita. Walau bagaiman
Kita hanya perlu memberikannya waktu untuk merenung, sementara it
mengangguk. Akal sehatnya berusaha untuk memahami ke
menggiring Nyonya Caliana menuju ruang tamu dimana pengajian dipersiapkan, Nyonya Calia
endirian, Syaquilla memapah ibu
melihat cermin tinggi yang ada di salah satu ruangan menunjukkan Ilsya tengah tertidur dalam gendongan Ajeng yang sedang mengayun
undur dari kamar, menarik tangan putri sambungnya da
-orang datang bersamaan dengan Tuan Adskhan dan para pria Le
ada di ruangan yang berbeda dan terpisah dari para pria. Pengajian berlan
, terdengar suara tangisan bayi d
r atas dimana Caliana membuatkan kamar bayi untuknya dengan barang
Wanita itu meletakkan Al-Qur'an yang sedang dibacanya dan bangkit dari dudukn
aran. Ada apa dengan Ilsya? Kenapa bayi itu menangis tak berhenti? Apakah bayi
ang. Dengan terkejut, ia menoleh dan melihat siapa orang yang sudah menepu
?" Tanya Aj
mpat puluh tahunan itu. "Ke kamarnya Non Ilsya." Lanju
g, menduga kalau Nyonya Caliana memerl
Ajeng cuma disuruh naik aja." Ucap asisten itu lagi. Tanpa banyak bertanya lagi, Ajeng lantas ban
tangis Ilsya masih belum mereda,
arena panik dan Nyonya Caliana tampak sedang mengayun Ilsya seraya berusaha menenangkannya. Bayi kecil itu tampa
a mengangguk dan melambaikan tangan dengan hati-hati, takut bayi Ilsy
akin dia gak kenapa-kenapa." Ucap Nyonya Caliana dengan panik. Wanita
da suster yang menjaganya? Namun Ajeng tak banyak bicara, ia menerima bayi Ils
sekarang kamu juga bisa nenangin dia." Ucap Ny
irik botol susu yang ada di atas nakas, botol susu yang masih hangat yang tadi coba
ke mulut Ilsya. Anehnya, Ilsya menerimanya dengan mudah dan mengisap susu yang ada di dalamnya de
yukai bau mba Ajeng." Ucap
mandang wanita itu dengan dahi be
is. Namun memang banyak bayi yang memilih 'bau'.
sang ibu. Tak jarang juga pada 'bau' ayah. D
menempel dalam pelukan sang ibu terus menerus dan enggan berjauhan. Sedikit saja dilepas, bayi itu
a dia lebih nyaman berada dalam pelukannya mba Ajeng daripada peluk
ya kan bukan siapa-siapa nya Ilsy
arus menjadi 'siapa-siapa'nya
bisa membuat mereka aman dan nyaman. Mereka bisa merasakan ketulusan. Seperti mereka bisa merasaka
ngah memperhatikan cucu barunya yang sudah menghabiskan tiga p
kkan senyum lembut sekaligus sedih. Entah
ng angguki. Tak lama setelahnya, wanita itu keluar dari kamar Ilsya diikuti oleh
a disana, mengabaikan box bayi yang ada di salah satu dinding. Tangan kirinya mengusap kepala bayi yang terbungkus selimut sementara tangan kanannya masih memega
tengah berbincang dengan Rianna dan meminta tolong Rianna u
a di tem
keretak kayu yang terbakar menjadi musik penggiring malam itu. Seorang pria bertubuh tinggi besar de
bris kehadirannya. Pria itu duduk di di atas kursi lipat di sisi lain api unggun dan menatap wajah sepupunya dengan
gue." Jawab Ilker denga
ahu perasaan keluarga kita karena gue ngeras
Namun menurut hierarki dalam keluarga, Ilker tetap mer
ilangan l
. Gue gak akan tahu rasanya jadi loe. Tap
irkan usianya sampai disini aja. Loe
uarga loe yang masih hidup. Inget sama Aunty Ana, Uncle Adskhan
e. Buah cinta loe sama Syahinaz. Jangan
hin dia." Jawa
napa loe gak di sampingnya dia dan jaga dia seperti seharusnya yang seo
Serkan dengan tajam. "Gue gak nyalahin dia atas perginya Syahinaz. Tapi dia.. b
Tapi ngelihat dia,
hilangan Syahinaz, cinta dalam h
g di saat bersamaan." Ucap Ilker dengan lirih. Pria itu kembali terduduk di ata
ngangkat kepala dan melihat layar ponsel yang ada di tangan Serkan menyala. "Papa tahu A
nyembuhkan rasa sakit kehilangan Syah
ekarang. Tapi juga jangan
ih karena kamu pergi. Kalau Aba
atian dan kasih sayang dari ayahnya. Jangan sampai kamu mengula
kasih sayang yang bisa Mama, Papa dan kakak serta adik-adik kamu beri ke Ils
mengalami apa yang
ah tidak berada di sisi kakakmu ketika dia membutuhkan Papa. Jangan sam
Mendengar ucapan ayahnya mau
gin masa lalu terulang lagi, ia tidak ingin putrinya me
at kehilangan itu masih saja menyer
. Dan setelah semua itu, dia menjadikan putrinya-putri yang dulu di
Suara sang ayah kembali terdengar. "Pergilah, sembuhkan hati Abang sampai menurut Ab
pi juga di akhirat kelak. Dan kami juga sudah tidak muda lagi. En
Abang sudah kembali dan menjaga Ilsya
ya membutuhkanmu. Kembalilah sebelum semuanya terlambat." Dan rekaman itu pun berakhir