Proyek Villa di Kaki Gunung Slamet
Tak lama kemudian pintu terbuka. Se
laki itu dengan t
gurus pembangunan vila di desa ini. Sampean Pak Usman, kan
ana? Kok sendirian?" Pak Usman menerima j
ok atau lusa baru dia bisa kesini,"
r lebih enak ngobrol
up," tolakku sambil tetap berdiri. Pak Us
h, silak
hu tentang rencana pembangunan vila di ujung desa ini. Saya merasa ndak sopan kalau ndak ijin Pak Usm
lahkan. Mau
pi sekali? Saya jarang
ejenak sambil menar
masuk ke dalam lagi. Di sebelah sini kebanyakan penduduk yang sudah tua-tu
beneran, Pak?" lanjutku penasaran. Pak Usman terdia
kecil. Dia sangat menyayangi anak-anaknya hingga rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan m
u ingin menanyakan lebih banyak, t
k sedih. Saya hanya ingin tahu karena pama
dengan rumah almarhum Jangkung. Sebenarnya, siapa pemilik proyek pembangu
da sesuatu yang ganjil dan misterius ketika Pak Usman sendiri t
in besok atau lusa pemilik vila itu akan muncul. Kalau ada perkembangan
asaran ingin mengenal dan berkenalan dengan orang itu. Aku sudah lama b
si dulu," pamitku samb
alkan rumah Pak Usman. Aku ingin mampir ke
yaran, aku segera beranjak pulang ke gubuk. Lagi lagi di perjala
orang pria tampak berdiri di samping jende
mengesampingkan hal tersebut dan melanjutkan perjalanan. Saat ini, belum waktunya
uk. Suasana terasa agak aneh, tidak ada hembusan
u gubuk. Sambil berjalan, aku melihat sekeliling
k menggangguku," gumamku
giku, bahkan aku pernah mengalami yang lebih mengerikan. Yan
barangku di sudut ruangan. Aku terkejut meliha
jumput rambut tersebut dan meletakka
ambil meniup rambut tersebut. Ingin
ndiri. Aku mengepalkan tangan, dan sesaat kemudian ada
il menekan kuat. Tiba-tiba angin bertiup kencang, membuat pohon-pohon di sekitar
n setelah itu aku kembali mengep
gh
eketika
a mata yang mengawasiku dari kejauhan. Namun
takkan rambut itu di atas lantai lalu m
Aku mengambil rambut-rambut tersebut dan
n membakar semua rambut itu. Aroma yang sangat tidak seda
bil membaca ayat suci Al-Quran. Asap itu seolah bergerak menuju ke ar
untuk mencari rezeki. Jangan paksa
il ku putar-putar sedikit. Tanganku mengepal, siap
an mengganggu jika mereka mau. Hanya saja di siang
ganggu t
sedikit demi sedikit. Akhirnya keadaan kembali seperti semu
dia?" gumamku sembar
ebat dan kelihatan jelas pohon-pohon yang tinggi da
dah yang aku bayangkan. Pasti akan ada
anda biasa yang memang aku tak suka. Aku mengabaikan perasaan dan pikiran yang m
gguan apa-apa. Selesai solat, aku kembali menuju
akan sepotong roti. Untuk sore dan malam ini, ini saja rezeki yang ada un
an di sekitar area pembangun Vila ini. Suasana mulai ter
i pohon yang berdiri tegak, aku melihat se
tu persis rambut wanita yang di ikat. Meskipun suasana
a di