TANTE SISKA
lantang tapi cempreng, sejenis anak kambing yang memekik setelah
s. Ia berlari, melompat dengan gaya dan penuh percaya diri dari teras d
eh ke belakang, Erik yang ia cari berdiri mematung di teras rumah. Be
bakal ikut gue bantuin gue manjat ni
Mata lo nggak liat
sampai membasahi sekujur tubuhnya. Semakin sebal saat melihat Erik tampak lebih dekat
setia kawan
akang. "Urusan setia kawan sama masuk angin ya beda cerita k
ik banget lo
ari
hujan-hujanan
h. Bukan ngambilin layanan lo di pucuk mangga." Erik membela diri dengan w
a mencubit bajunya, menunjukkannya pada
Gue udah inge
uara semua orang diredam hujan y
lingkarkan telapak tangannya di dua sisi bibir agar
uk ke dalam tumah. Dia bokong sintal itu bergoya
nginan." Panca berada di atas langit. Dengan bangga pamer pada Erik. Menggoda Erik dengan menenga
an. Suaranya kalah nyari
muncul lagi. Tante Siska memang membawakan hand
Siska melemparkan sesuatu. Benda hitam dengan logam di ujungnya,
utkan dahi, melihat apa ya
mubadzir kamu basah-basahan. Itu kunci pintu pagar depan. Kamu masukin sekalian ya mo
ika berubah jadi masam. Mata yang terbelalak tak percaya, bibir y
Makin terpingkal lagi saat melihat sahabatnya di depan sana terpaksa bal
gitu dong minimal ada g
lahkan petir. Benar-benar hari yang menyebalkan untuk pri
a yang biasanya menang adu layangan kalah. Tiba-tiba layangan sialan itu tiba di ruma
halangi Panca d
kir kopi di atas nampan. "Kalian boleh loh di sini dulu sampai hujan reda. Ntar kalau ngga
ik. Sahabatnya satu itu menggelengkan k
ca masih harus masuk sekol
ng mengejutkan Erik dan Panca, Tante Siska tidak lagi duduk di kursi seberang. Perempuan
an Erik yang dudu
ik. Masih lebih dari du
mbut. Helai-helai hitam dengan ujung warna pirang yang sebelumnya digelung sekarang menguda
a pahanya. Di posisi seperti ini, baik Erik maupun Panca sama-sama bisa melihat dengan jelas
af ya tante nggak punya celana ukuran besar. Jadi terpa
Terdengar tawa tert
ya. Geser memberi ruang lebih untuk Tante Siska sambil mati-matian men
keringin di mesin cuci kok. Udah tante jemurin ju
Biasanya juga pake seragam ba
kalah. "Lo udah beruntung gue masukin motor lo. Lag
Menelisik mata Panca penuh keheranan. "Jadi kam
ma dengan pekat mendung di luar sana.
usupi penyesalan. "Kalau ...." Kata itu memanjang, si pembicara sedang menimbang-nimbang sesuatu di dalam ke
rsenyum kecut, gelen
-sorry ya .... Kalau kamu nggak
a melewati leher Panca. Menari kepala Panca
an meminjamkan bahunya untuk bersandar. Aroma sabun mandi yang beradu dengan aroma Cherr
an garis rahang Panca. Bukan tenang yang Panca rasakan, hasrat di dalam tubuhnya justru ber
ti matanya berputar melirik ke bawah. "Gumpalan gunung tante siska makin jelas. Aku bisa lihat bra merahnya. Aku bisa melihat daging yang menyembul
ambu